Minggu, 19 Juni 2011

A. Al Qur`an Surat Al An`am :162-163

“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah SWT)”.

Kandungan Ayat
Tugas utama manusia hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah kepada-Nya merupakan bukti pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya. Dari berbagai ayat dan hadis dijelaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang beribadah kepada Allah SWT ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada wahyu Allah SWT dan hadis Nabi SAW. Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas aspek kehidupan yang ada. Yang penting aktivitas yang kita lakukan harus diniatkan untuk ibadah kepada-Nya dan yang menjadi pedoman dalam mengontrol aktivitas ini adalah wahyu Allah SWT dan sabda Rasul-Nya.

Namun ada satu aspek yang seringkali dilupakan dalam pelaksanaan ibadah kepada-Nya, yakni keikhlasan dalam menjalankannya. Keikhlasan dalam beribadah merupakan aspek yang sangat fundamental yang akan mempengaruhi diterima atau tidaknya ibadah kita. Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan adalah ibadah yang sia-sia.
Keikhlasan berarti memenuhi perintah Allah SWT tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi atau balasan apapun. Seseorang yang ikhlas akan berpaling kepada Allah SWT dengan hatinya dan hanya ingin mendapatkan ridha-Nya atas setiap perbuatan, langkah, ucapan, dan doanya. Jadi, ia benar-benar yakin kepada Allah SWT dan mencari kebajikan semata.

B. Al Qur`an Surat Al-Bayyinah Ayat 5

“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah : 5).
Kandungan Ayat
Dalam ayat diatas sudah jelas menerangkan tentang keikhlasan dalam beribadah, dalam hal ini tersirat dalam kata-kata “memurnikan ketaatan kepada-Nya”
Beribadah kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasan akan berdampak besar bagi manusia yang menjalankannya. Namun tidak jarang juga ada yang salah memahami esensi dalam beribadah. Setidaknya ada dua dampak dalam melaksanakan ibadah :
a. Adzillah ‘ubudiyyah (Ibadah yang dapat membawa kehinaan).
b. A’izzah ‘ubudiyyah (Ibadah yang dapat membawa kemuliaan).

Mungkin akan ada yang bertanya-tanya, mengapa ibadah bisa membawa kepada kehinaan. Padahal ibadah itu adalah menjalankan perintah Allah SWT. Perlu penulis jelaskan di sini satu contoh ekstrim dari ibadah yang dapat membawa kehinaan ialah ibadah yang dilakukan oleh Iblis. Sebelum ingkar kepada Allah SWT, Iblis adalah makhluk Allah SWT yang paling taat beribadah kepada-Nya. Bahkan dalam beberapa hadis diriwayatkan bahwa Iblis telah menyembah Allah SWT selama ribuan tahun. Namun karena ibadahnya itu Iblis menjadi sombong , dia merasa sebagai makhluk yang paling suci dan mulia. Di sinilah terlihat ketidakikhlasan Iblis dalam beribadah kepada-Nya. Iblis menginginkan ibadah yang dilakukannya dinilai sebagai bukti bahwa dia makhluk yang mulia. Apalagi dia merasa diciptakan dari zat yang lebih mulia dari Adam yakni api, hal ini semakin membuat Iblis sombong dan merasa paling hebat dan mulia. Inilah salah satu bentuk kesalahan dalam beribadah. Beribadah kepada-Nya bukanlah sarana untuk menyombongkan diri dan bukan pula dengan tujuan untuk dinilai sebagai “orang suci”, apalagi merasa sebagai “orang yang paling suci”. Na’udzu billahi min dzalik.
Untuk itu agar ibadah yang kita laksanakan dapat membawa kemuliaan bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat, maka kita harus selalu beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan, dan orang-orang yang ikhlas inilah jenis manusia yang paling ditakuti oleh Iblis. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam menjalankan semua amal ibadah kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar