Kamis, 07 April 2011

Desain grafis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).
Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Batasan Media
* 2 Prinsip dan unsur desain
* 3 Peralatan desain grafis
* 4 Daftar Software Desain Grafis
o 4.1 Desktop publishing
o 4.2 Webdesign
o 4.3 Audiovisual
o 4.4 Rendering 3 Dimensi
* 5 Lihat pula
* 6 Pranala luar

[sunting] Batasan Media

Desain grafis pada awalnya diterapkan untuk media-media statis, seperti buku, majalah, dan brosur. Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik, yang sering kali disebut sebagai desain interaktif atau desain multimedia.

Batas dimensi pun telah berubah seiring perkembangan pemikiran tentang desain. Desain grafis bisa diterapkan menjadi sebuah desain lingkungan yang mencakup pengolahan ruang.
[sunting] Prinsip dan unsur desain

Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi ("proportion") dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.
[sunting] Peralatan desain grafis

Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah ide, akal, mata, tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual.

Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan perancang untuk melihat hasil dari tata letak atau perubahan tipografi dengan seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.

Seorang perancang grafis menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide yang kompleks secara cepat, dan selanjutnya ia memiliki kebebasan untuk memilih alat untuk menyelesaikannya, dengan tangan atau komputer.
[sunting] Daftar Software Desain Grafis

Ada beberapa software yang digunakan dalam desain grafis:
[sunting] Desktop publishing

* Adobe Photoshop
* Adobe Illustrator
* Adobe Indesign
* Page Maker
* Coreldraw
* GIMP
* Inkscape
* Adobe Freehand
* Adobe image ready
* CorelDraw

[sunting] Webdesign

* Adobe Dreamweaver
* Microsoft Frontpage
* Notepad
* Adobe Photoshop

[sunting] Audiovisual

* Adobe After Effect
* Adobe Premier
* Final Cut
* Adobe Flash, atau sebelumnya Macromedia Flash
* Ulead Video Studio
* Magic Movie Edit Pro
* Power Director

[sunting] Rendering 3 Dimensi

* 3D StudioMax
* Maya
* AutoCad
* Google SketchUp
* Light Wave
* Blender
Read More......
Arsitektur
Dari Wikipedia

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Ruang lingkup dan keinginan
* 2 Teori dan praktik
* 3 Sejarah
* 4 Kesimpulan
* 5 Lihat pula
* 6 Pranala luar

[sunting] Ruang lingkup dan keinginan

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.
[sunting] Teori dan praktik

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.
[sunting] Sejarah

Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
[sunting] Kesimpulan

bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
[sunting] Lihat pula

* Arsitek
* Sejarah arsitektur
* Gaya arsitektur
* Teori arsitektur
o Matematika dan arsitektur
o Pattern language
o Space syntax
* Garis waktu arsitektur
* Kode bangunan
* Konstruksi bangunan
* Material bangunan
* Arsitektur Katedral



* Arsitektur Klasik
* Desain lingkungan
* Bentuk dalam arsitektur
* Arsitektur Iran
* Arsitektur landscape (arsitektur lansekap)
* Daftar arsitek
* Daftar tokoh arsitek Indonesia
* Daftar firma arsitektur
* Daftar penghargaan arsitektur
o Penghargaan Pritzker
o Penghargaan Stirling



* Daftar bangunan
o Pencakar langit
* Nazi architecture
* Stalinist architecture
* Structural engineering
* Sustainable design
* Vastu
* Arsitektur vernacular
* Lokasi Warisan Dunia
* Arsitektur Islam
o Rumah Tinggal Islami
* Arsitektur Bali
Read More......
Seni patung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).
==
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Asia
* 2 Afrika
o 2.1 Mesir
* 3 Eropa
o 3.1 Romawi Yunani Klasik
o 3.2 Periode Gothik
o 3.3 Renaisans
o 3.4 Modernisme
o 3.5 Seni Patung Kontemporer
* 4 Pematung Indonesia

[sunting] Asia

Berbagai macam jenis patung terdapat di banyak wilayah yang berbeda di Asia, biasanya dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Sejumlah besar patung Hindu di Kamboja dijaga kelestariannya di Angkor, akan tetapi penjarahan terorganisir yang terjadi berdampak besar pada banyak situs peninggalan di negara itu. Lihat juga Angkor Wat. Di Thailand, kebanyakan patung dikhususkan pada bentuk Buddha. Di Indonesia, patung-patung yang dipengaruhi agama Hindu banyak ditemui di situs Candi Prambanan dan berbagai tempat di pulau Bali. Sedangkan pengaruh agama Buddha ditemui di situs Candi Borobudur.

Di India, karya patung pertama kali ditemukan di peradaban Lembah Indus (3300-1700) SM. Ini adalah salah satu contoh awal karya patung di dunia. Kemudian, setelah Hinduisme, Buddhisme dan Jainisme berkembang lebih jauh, India menciptakan patung-patung tembaga serta pahatan batu dengan tingkat kerumitan yang besar, seperti yang terdapat pada hiasan-hiasan kuil Hindu, Jain dan Buddha.

Artifak-artifak yang ditemukan di Republik Rakyat Cina berasal dari sekitar tahun 10.000 SM. Kebanyakan karya patung Tiongkok yang dipajang di museum berasal dari beberapa periode sejarah, Dinasti Zhou (1066-221 SM) menghasilkan bermacam-macam jenis bejana perunggu cetak dengan hiasan yang rumit. Dinasti Qin (221-206 SM) yang terkenal dengan patung barisan tentara yang dibuat dari terracota. Dinasti Han (206 SM - 220AD) dengan patung-patung figur yang mengesankan kekuatan. Patung Buddha pertama ditemui pada periode Tiga Kerajaan (abad ketiga). Yang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok adalah periode Dinasti Tang, pada saat perang saudara, patung-patung figur dekoratif dibuat dalam jumlah banyak dan diekspor untuk dana peperangan. Kemudian setelah akhir Dinasti Ming (akhir abad 17) hampir tidak ada patung yang dikoleksi museum, lebih banyak berupa perhiasan, batu mulia, atau gerabah--dan pada abad 20 yang gegap gempita sama sekali tidak ada karya yang dikenali sebagai karya patung, meskipun saat itu terdapat sekolah patung yang bercorak sosial realis pengaruh Soviet di awal dekade rezim komunis, dan pada pergantian abad, para pengrajin Tiongkok mulai mendominasi genre karya patung komersial (patung figur miniatur, mainan dsb) dan seniman garda depan Tiongkok mulai berpartisipasi dalam seni kontemporer Eropa Amerika.

Di Jepang, karya patung dan lukisan yang tak terhitung banyaknya, seringkali di bawah sponsor pemerintah. Kebanyakan patung di Jepang dikaitkan dengan agama, dan seiring dengan berkurangnya peran tradisi Buddhisme, jenis penggunaan bahannya juga berkurang. Selama periode Kofun (abad ketiga), patung tanah liat yang disebut haniwa didirikan di luar makam. Di dalam Kondo yang berada di Horyu-ji terdapat Trinitas Shaka (623), patung Buddha yang berupa dua bodhisattva serta patung yang disebut dengan Para Raja Pengawal Empat Arah. Patung kayu (abad 9) mengambarkan Shakyamuni, salah satu bentuk Buddha, yang menghiasi bangunan sekunder di Muro-ji, adalah ciri khas dari patung awal periode Heian, dengan tubuh berat, dibalut lipatan draperi tebal yang dipahat dengan gaya hompa-shiki (ombak bergulung), serta ekspresi wajah yang terkesan serius dan menarik diri. Sekolah seni patung Kei, menciptakan gaya patung baru dan lebih realistik.
[sunting] Afrika

Seni rupa di Afrika memiliki penekanan pada seni patung. Para seniman Afrika cenderung lebih menyukai karya tiga dimensi dibandingkan dengan dua dimensi. Meskipun para antropolog berpendapat bahwa patung yang mula-mula dikenal di Afrika berasal dari kebudayaan Nok di Nigeria sekitar tahun 500 SM, karya-karya seni Afrika Pharaonic (berkaitan dengan zaman Mesir kuno), kurun waktunya lebih awal daripada periode Nok. Patung logam yang berasal dari bagian timur Afrika barat, seperti Benin, dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dihasilkan.

Patung diciptakan dan disimbolkan mencerminkan tempat asal di mana patung tersebut dibuat. Berdasarkan bahan dan teknik yang digunakan serta fungsinya, karya patung berlainan dari satu daerah ke daerah lain.

Di Afrika Barat figur patung memiliki tubuh memanjang, bentuk bersudut, dan tampilan wajah yang lebih merepresentasi bentuk ideal daripada individual. Figur-figur tersebut dipakai dalam ritual keagamaan dan seringkali permukaannya dilapisi bahan lewat upacara sesaji. Berlawanan dengan ini adalah patung yang diciptakan oleh penduduk Afrika Barat yang berbahasa Mande. Patung karya mereka terbuat dari kayu memiliki permukaan melebar dan rata sementara lengan dan kakinya berbentuk seperti silinder.

Di Afrika Tengah ciri khasnya termasuk wajah yang berbentuk seperti hati yang melengkung ke dalam serta pola lingkaran dan titik. Meskipun beberapa kelompok lebih menyukai penciptaan wajah dengan bentuk geometris dan bersudut. Bahan yang digunakan adalah kayu, yang paling banyak digunakan, juga gading, tulang, batu, tanah liat serta logam. Kawasan Afrika Tengah memiliki gaya patung yang menyolok yang dengan mudah dapat diidentifikasi dari mana asal patung itu dibuat.

Satu jenis karya tiga dimensi yang dibuat di kawasan Afrika Timur adalah patung tiang. Tiang dipahat berbentuk manusia dan dihias dengan bentuk-bentuk geometris, sementara bagian puncaknya dipahat dengan figur orang, binatang atau objek-objek lain. Tiang ini ditaruh di dekat makam dan diasosiasikan dengan kematian.

Patung figur dari tanah liat tertua yang dikenal di Afrika Selatan berasal dari tahun 400 sampai 600 AD dan memiliki kepala berbentuk silindris. Figur dari tanah liat ini memiliki tampilan berupa gabungan antara manusia dan binatang. Selain patung tanah liat ada juga sandaran kepala dari kayu yang dikuburkan bersama pemiliknya dalam makam. Sandaran kepala ini berupa bentuk geometris atau figur binatang.
[sunting] Mesir

Lihat juga Seni Mesir kuno

Karya seni patung Mesir kuno dikembangkan untuk merepresentasikan dewa-dewa Mesir kuno, juga para Fir'aun, dalam bentuk fisik. Aturan-aturan yang sangat ketat diikuti ketika menciptakan karya patung; patung laki-laki dibuat lebih gelap daripada patung perempuan; dalam patung berposisi duduk , tangan harus diletakkan pada lutut dan aturan-aturan tertentu dalam menggambarkan para dewa. Peringkat artistik didasari atas kesesuaian dengan aturan, dan aturan tersebut diikuti secara ketat selama ribuan tahun, sehingga penampilan patung tidak banyak berubah kecuali selama periode singkat semasa pemerintahan Akhenaten dan Nefertiti, diperbolehkan penggambaran secara naturalistik.
[sunting] Eropa
[sunting] Romawi Yunani Klasik

Seni patung klasik Eropa merujuk pada seni patung dari zaman Yunani Kuno, Romawi kuno serta peradaban Helenisasi dan Romanisasi atau pengaruh mereka dari sekitar tahun 500 SM sampai dengan kejatuhan Roma di tahun 476 AD, istilah patung klasik juga dipakai untuk patung modern yang dibuat dengan gaya klasik. Patung-patung klasik Eropa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Figur badan penuh: berupa laki-laki muda atletis atau wanita telanjang.
2. Portrait: menunjukkan tanda-tanda usia atau karakter yang kuat.
3. Memakai kostum serta atribut dewa-dewi klasik
4. Peduli dengan naturalisme didasari dengan observasi, seringkali memakai model sungguhan.

Bentuk patung telanjang biasanya diterima secara luas oleh masyarakat, didasari pada lamanya tradisi yang mendukungnya. Tapi adakalanya, ada yang berkeberatan dengan tema ketelanjangan ini, biasanya dari kalangan fundamentalis moral dan relijius. Contohnya, beberapa patung Yunani koleksi Vatikan dihilangkan penisnya.
[sunting] Periode Gothik

Mata rantai yang menghubungkan seni, dalam hal ini adalah arsitektur, Eropa zaman pertengahan (Gothik) dengan seni arsitektur Romawi disebut dengan periode Romanesque. Karya seni patung Gothik awal adalah dari pengaruh agama Kristen, serta lahir dari dinding gereja dan biara. Patung yang terdapat di Chartres Cathedral (sekitar th. 1145) di Perancis merupakan karya patung awal zaman Gothik. Di Jerman, terdapat di Cathedral Bamberg dari tahun 1225. Di Inggris, karya patung hanya terbatas pada yang dipakai pada batu nisan serta dekorasi non figur (sebagian ini disebabkan karena ikonoklasme Cistercian). Di Italia, masih dipengaruh bentuk-bentuk zaman klasik, seperti yang terdapat pada mimbar Baptistery di Pisa serta di Siena.
[sunting] Renaisans

Pada zaman renaisans, seni patung juga turut dihidupkan kembali, bahkan dalam beberapa kasus lebih dulu dibandingkan dengan karya seni lain. Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Donatello, dengan karya patung perunggunya, David (jangan keliru dengan David-nya Michelangelo). Ini merupakan karya patung awal zaman Renaisans. Demikian juga dengan Michelangelo yang selain membuat patung David, juga membuat Pietà. Patung David dari Michelangelo merupakan satu contoh gaya kontraposto dalam menggambarkan figur manusia. Masih ada beberapa periode dari zaman renaisans ke modernisme yang dipengaruhi oleh perubahan politik, gerakan kebudayaan atau hal lain, yaitu periode mannerisme, baroque dan neo klasik.
[sunting] Modernisme

Auguste Rodin merupakan salah satu pematung Eropa terkenal dari awal abad 20. Ia seringkali disebut sebagai seniman patung Impresionis. Seni patung modern klasik kurang berminat pada naturalisme, detail anatomi atau kostum dan lebih tertarik pada stilisasi bentuk, demikian juga pada irama volume dan ruang. Seiring dengan perkembangan waktu, gaya seni patung modern klasik kemudian diadopsi oleh dua penguasa totalitarian Eropa: Nazi Jerman dan Uni Soviet. Sementara di kawasan Eropa lain, gaya ini berubah menjadi bersifat dekoratif/art deco (Paul Manship, Carl Milles), stilisasi abstrak (Henry Moore, Alberto Giacometti) atau lebih ekspresif. Gerakan modernis dalam karya seni patung menghasilkan karya Kubisme, Futurisme, Minimalisme, Instalasi dan Pop art.
[sunting] Seni Patung Kontemporer
Patung domba

Di zaman sekarang dimana seni kontemporer mulai berkembang pesat, patung bisa menjadi semacam 'seni pertunjukan'. Misalnya di beberapa tempat seperti Tiongkok, Jepang, Kanada, Swedia dan Rusia diadakan festival patung es yang diselenggarakan secara berkala. Istilah patung kinetik dipakai untuk patung yang dirancang untuk bisa bergerak. Beberapa seniman yang membuat karya patung kinetik adalah: Marcel Duchamp, Alexander Calder, George Rickey dan Andy Warhol.

== Seni Patung di Indonesia == seni patung di Indonesia adalah seni yang diciptaan dengan funsinya sendiri - sendiri. contohnya di Bali patung digunakan untuk bersembahyang berbebeda dengan daerah lain.
[sunting] Pematung Indonesia

* Dolorosa Sinaga
* Edhi Sunarso
* Gregorius Sidharta
* I Nyoman Nuarta
Read More......
Seni rupa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.


Kriya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kriya adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.

Kriya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa.


Desain
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.

Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap sebagai produk dari desain, sehingga muncul istilah "perancangan proses". Salah satu contoh dari perancangan proses adalah perancangan proses dalam industri kimia.
Read More......
Seni grafis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'.
Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan , secara teknis disebut dengan matrix. Matrix yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, di masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
Gunung Fuji, dari Tiga puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji), cukilan kayu berwarna karya Katsushika Hokusai
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Media
* 2 Warna
* 3 Teknik
o 3.1 Tinjauan Umum
o 3.2 Cukil Kayu
o 3.3 Engraving
o 3.4 Etsa
o 3.5 Mezzotint
o 3.6 Aquatint
o 3.7 Drypoint
o 3.8 Litografi
o 3.9 Cetak Saring
o 3.10 Cetak Digital
* 4 Lihat pula
o 4.1 Seniman Grafis
o 4.2 Seniman grafis Indonesia


[sunting] Media

Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari yang tradisional sampai kontemporer, termasuk tinta ber-basis air, cat air, tinta ber-basis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam air seperti crayon Caran D'Ache. Karya seni grafis diciptakan di atas permukaan yang disebut dengan plat. Teknik dengan menggunakan metode digital menjadi semakin populer saat ini. Permukaan atau matrix yang dipakai dalam menciptakan karya grafis meliputi papan kayu, plat logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum atau batu litografi. Teknik lain yang disebut dengan serigrafi atau cetak saring (screen-printing) menggunakan lembaran kain berpori yang direntangkan pada sebuah kerangka, disebut dengan screen. Cetakan kecil bahkan bisa dibuat dengan menggunakan permukaan kentang atau ketela.
[sunting] Warna

Pembuat karya grafis memberi warna pada cetakan mereka dengan banyak cara. Seringkali pewarnaannya -- dalam etsa, cetak saring, cukil kayu serta linocut -- diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Dalam teknik pewarnaan multi-plat, terdapat sejumlah plat, screen atau papan, yang masing-masing menghasilkan warna yang berbeda. Tiap plat, screen atau papan yang terpisah akan diberi tinta dengan warna berbeda kemudian diterapkan pada tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata digunakan 3 sampai 4 plat, tapi adakalanya seorang seniman grafis menggunakan sampai dengan tujuh plat. Tiap penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Biasanya warna yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang lebih gelap.

Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.

Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.

Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain.
[sunting] Teknik
[sunting] Tinjauan Umum

Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai berikut:

* Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.

* Intaglio, tinta berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa, mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;

* planografi di mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini meliputi: litografi, monotype dan teknik digital

* stensil, termasuk cetak saring dan pochoir.

Teknik lain dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini adalah 'kolografi' (teknik cetak menggunakan kolase), proses digital termasuk giclée, medium fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.

Kebanyakan dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang berada dalam kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt biasanya secara mudah disebut dengan "etsa", tapi seringkali dipakai juga teknik engraving dan drypoint, dan bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya sama sekali.
[sunting] Cukil Kayu
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: cukil kayu

Cukil kayu , adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.

Seniman membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembab, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.


"Melancholia I", engraving karya Albrecht Dürer, salah seorang seniman grafis.
[sunting] Engraving
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Engraving

Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit.

Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.

Seluruh permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari permukaan, yang tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir. Kemudian plat ditaruh pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian mengambil tinta dari garis engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya cetak.
[sunting] Etsa
"Tidurnya Pikiran menciptakan monster-monster" etsa dan aquatint karya Francisco Goya
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Etsa

Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.

Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.
Tiga Salib, etsa karya Rembrandt
Seniman yang menggunakan teknik ini:

Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.


[sunting] Mezzotint
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mezzotint

Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.

Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk mengembangkan tone.

Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.
[sunting] Aquatint
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Aquatint

Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.

Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.
[sunting] Drypoint
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Drypoint

Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.

Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan abad limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.
[sunting] Litografi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Litografi
La Goulue, Poster litografi karya Toulouse-Lautrec.

Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembab diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.

Variasi dari teknik ini adalah adalah foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan dilakukan dengan cara yang sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini:

George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth


[sunting] Cetak Saring
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Cetak saring

Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang menggunakan teknik ini:

Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.


[sunting] Cetak Digital

Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.

Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.

Sosiolog Jean Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni grafis digital lewat teori yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.
Seniman yang menggunakan teknik ini:

Istvan Horkay,Zazie (seniman surrealis)


[sunting] Lihat pula
Search Wikimedia Commons Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Seni grafis


* Ukiyo-e
* Old master print
* Artist's proof
* Line engraving
* Edition

[sunting] Seniman Grafis

* Valenti Angelo
* Werner Drewes
* Albrecht Dürer
* Andy English
* M. C. Escher
* Edith Frohock
* Jane Hammond
* Stanley William Hayter
* Mauricio Lasansky
* Edvard Munch
* Frank Stella
* Peter Stent
* Rembrandt van Rijn
* Stow Wengenroth

[sunting] Seniman grafis Indonesia

* Firman Lie
* Kaboel Suadi
* Suromo
* Roumy H Pesona

Read More......
Seni lukis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Sejarah umum seni lukis
o 1.1 Zaman prasejarah
o 1.2 Seni lukis zaman klasik
o 1.3 Seni lukis zaman pertengahan
o 1.4 Seni lukis zaman Renaissance
o 1.5 Art nouveau
* 2 Sejarah seni lukis di Indonesia
* 3 Aliran seni lukis
o 3.1 Surrealisme
o 3.2 Kubisme
o 3.3 Romantisme
o 3.4 Plural painting
o 3.5 Seni lukis daun
o 3.6 Aliran lain
* 4 Abstraksi
* 5 Pelukis terkenal Indonesia
* 6 Lihat pula

[sunting] Sejarah umum seni lukis
[sunting] Zaman prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.
[sunting] Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:

* Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
* Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.
[sunting] Seni lukis zaman pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.

Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".

Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
[sunting] Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

* Tomassi
* Donatello
* Leonardo da Vinci
* Michaelangelo
* Raphael

[sunting] Art nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
[sunting] Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
[sunting] Aliran seni lukis
[sunting] Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
[sunting] Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.
[sunting] Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.
[sunting] Plural painting

Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style.
[sunting] Seni lukis daun

Adalah aliran seni lukis kontemporer, dimana lukisan tersebut menggunakan daun tumbuh-tumbuhan, yang diberi warna atau tanpa pewarna. Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, dimana daun memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar. senidaun.wordpress.com
[sunting] Aliran lain

* Ekspresionisme
* [[dadaisme]
* Fauvisme
* Neo-Impresionisme
* Realisme
* Naturalisme
* De Stijl

ĐÁĐÁíŚ
[sunting] Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut juga sebagai salah satu aliran yang terdapat di dalam seni lukis.
[sunting] Pelukis terkenal Indonesia

* Affandi
* Agus Djaya
* Barli Sasmitawinata
* Basuki Abdullah
* Djoko Pekik
* Dullah
* Ferry Gabriel
* Hendra Gunawan
* Herry Dim
* Jeihan
* Kartika Affandi
* Lee Man Fong
* Mario Blanco
* Otto Djaya
* Popo Iskandar
* Raden Saleh
* S. Sudjojono
* Srihadi
* Sri Warso Wahono
* Trubus
* Atim Pekok
* E. Darpo.S

[sunting] Lihat pula

* Estetika
* Melukis
* Lukisan
* Kontemporer

Read More......
Bagi sekelompok orang yang memandang sesuatu secara holistik mungkin tidak akan tertarik pada pembahasan tentang unsur, oleh karena unsur merupakan bagian terkecil dari sesuatu yang membentuk kesatuan sistem. Bagi kelompok ini akan lebih tertarik pada prinsip-prinsipnya, apakah karya seni rupa itu secara keseluruhan enak di lihat atau tidak. Namun bagi kelompok atau orang yang berfikiran prakmatis, formal, atau struktural akan mengatakan enak tidaknya suatu karya Seni Rupa itu dinikmati adalah adanya unsur-unsur yang membentuknya.
Untuk kepentingan analisis atau kritik seni pembahasan unsur Seni Rupa atau lebih lazim disebut sebagai Unsur Rupa atau Unsur Desain memang perlu dilakukan beberapa sumber, terkadang menyebut unsur rupa berbeda, akan tetapi dapat ditarik kesimpulan pada dasarnya unsur rupa adalah Garis, Raut, Warna, Tekstur, Ruang dan Gelap Terang.

A. GARIS

Garis merupakan unsur yang paling elementer di bidang Seni Rupa. Dengan hanya meletakkan posisi mata pensil di atas kertas dan selanjutnya digerakkan, maka jejak mata pensil itu akan menghasilkan garis. Oleh karenanya ada yang menyatakan bahwa garis adalah hubungan dua buah titik atau jejak titik-titik yang bersambungan atau berdempetan. Oleh karena itu garis dapat muncul secara rapi atau dapat juga muncul bergigi, bintik-bintik dan sebagainya, arah garis dapat menimbulkan garis lurus, garis lengkung, garis zig-zag. dan garis dapat berposisi tegak, datar, dan melintang.

B. RAUT

Raut adalah tampang, potongan, bentuk suatu objek. Raut dapat terbentuk dari unsur garis yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk bidang. Raut juga berarti perwujudan atau perawakan dari suatu objek, dalam hal ini raut berarti bangun, atau dalam pengertian lain raut sering dipahami atau dikenal sebagai bentuk atau bidang. Penampilan raut dapat berujud sebagai (1) Raut Geometris, seperti segi tiga, segi empat, lingkaran. (2) Raut Organik atau Biomorfis seperti raut yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. (3) Raut Bersudut berarti raut yang terbentuk dengan banyak sudut atau berkontur garis zig-zag. (4) Raut Tak Beraturan, adalah jenis raut yang terbentuk secara kebetulan seperti tumpahan cat atau semburan cat dan sebagainya.

C. WARNA

Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nusansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis Warna Primer, Warna Sekunder, Warna Tersier.

Warna Primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain. seperti ( merah, kuning, biru ).

Warna Sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna Primer. misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange.

Warna Tersier Adalah pencampuran dari dua warna sekunder.

D. TEKSTURE

Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang di tangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tektur semu kesan yang di tangkap oleh mata tidak sama dengan kesan yang di tangkap oleh perabaan.

E. RUANG

Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran ke dua lingkaran itu berbeda. Lingkaran besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan memberi kesan ruang yang jauh.

F. GELAP TERANG

Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi kesan gelap sementara goresan pensil yang ringan-ringan akan memberi kesan lebih terang. Gelap terang dalam gambar dapat dicapai melalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin gelap demikian sebaliknya.

Read More......
Ebiet G. Ade: Apresiasi Musik di Indonesia,
KALAU DISEBUT nama aslinya Abdul Gafar Abdullah, penulis yakin tidak banyak orang yang mengenalnya. Padahal, itulah nama yang diberikan oleh ayahnya yang bernama Aboe Ja'far. Tapi kalau penulis menyebut nama EBIET G. ADE, siapa yang tidak kenal? Bahkan generasi terkini dari penikmat musik pun masih mengenalnya.
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya orang asing, biasa memanggilnya Ebiet. Entah terinspirasi dari mana, lama-lama ia lebih sering dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghaffar Aboe Dja'far.

Padahal, tidak pernah dalam benaknya ketika masih kecil, cita-cita menjadi seorang penyanyi atau musisi. "Yang jelas, jiwa berkesenian saya memang sudah menonjol sejak saya masih kecil," ujarnya laki-laki kelahiran Wonodadi, Banyumas, Jawa Tengah, 21 April 1955 ketika diwawancara TEMBANG.com beberapa waktu lalu di sebuah kafe di Jakarta.

Cita-citanya waktu kecil cukup banyak, ingin jadi dokter atau insinyur. Sayangnya, semuanya tidak ada yang kesampaian, karena kemudian Ebiet memilih menjadi penyanyi. "Saya lebih suka disebut penyair sebenarnya," kilah ayah empat anak ini kalem. Membuktikan ucapannya ini, Ebiet mengaku tidak tahu siapa penyanyi sekarang yang terkenal. "Tapi kalau tanya soal penyair mana yang karya-karyanya layak diparesiasi, saya bisa jelaskan detil," tambah suami dari Yayuk Sugianto ini.

Pengakuan yang wajar. Pasalnya, Ebiet muda tidak mengawali karirnya sebagai seorang penyanyi atau gabung sebagai vokalis band misalnya. Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda Yogyakarta, 1971. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan Ebiet untuk mengorbit. Dikenal dekat dengan seniman Emha Ainun Najib, Eko Tunas, dan EH Kartanegara, malah sering kali melantunkan syair kawannya itu dengan petikan gitarnya. Malioboro adalah "rumah" Ebiet ketika kiprah kepenyairannya sedang diolah. "Memang, disana dulu tempat banyak seniman berkumpul dan saling berbagi," kenang Ebiet lagi.

Ketika akhirnya "terpeleset" menjadi penyanyi, Ebiet malah sama sekali tak pernah membawakan karya-karya sahabatnya, termasuk karya Emha. "Lagu saya sampai sekarang, ciptaan saya sendiri,' akunya. Lagu-lagu di awal karirnya lekat dengan derita wong cilik dan keseimbangan alam. Meski kini, tema-tema itu mulai kurang menemukan "rohnya" di tangan Ebiet.

Ada cerita unik dibalik hijrahnya Ebiet ke Jakarta. Konon, dulu Ebiet termasuk orang yang enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari tembok keraton. Setelah dibujuk dan diberi kesempatan untuk rekaman, Ebiet akhirnya bersedia pindah. Rekaman demi rekaman dilaluinya dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina. "Untuk mencapai hasil yang lebih baik," katanya. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.

Tahun 1982, Ebiet menikah dengan Yayuk Sugianto, kakak dari penyanyi pop kondang 80-an, Iis Sugianto dan Nani Sugianto. Yayuk sendiri sempat merilis album dan menelorkan hits 'Sepeda Kumbang' era 80-an. Kini Yayuk menjadi ibu dari empat anaknya yang Abietyasakti Ksatria Kinasih, Adaprabu Hantip Trengginas, Byatuasa Pakarti Hinuwih, Segara Banyu Bening yang beranjak dewasa.

Lagu-lagunya kemudian menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979 -1983. Ebiet pernah terpilih sebagai penyanyi kesayangan Siaran Radio ABRI 1989-1992, pemenang BASF Awards 1984 hingga 1988, dan penyanyi terbaik Anugerah Musik Indonesia 1997.

Sayang, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih "bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Sepanjang tahun 1993, ia hanya mengeluarkan lagu Aku Ingin Pulang dan tahun 1995 disusul dengan Cinta Sebening Embun. Di akhir tahun 1996, Ebiet mengeluarkan album berjudul Kupu-kupu Kertas [sempat jadi theme song sinetron berjudul sama --red].

Tahun 2001, Ebiet sempat merilis album berjudul "BAHASA LANGIT" rilisan BMG. Tapi kemudian ini ditarik dari peredaran oleh Ebiet. Kok? "Waktu itu sasaran dan strategi promosinya kurang tepat sasaran. Kemudian tingkat apresiasinya juga tidak terlalu mengutungkan. Daripada nanti malah tidak diterima dengan baik, akhirnya saya putuskan untuk ditarik dari peredaran," jelas Ebiet lagi.

Album terakhirnya 'In Love: 25th Anniversary sebenarnya merupakan album persembahan khusus untuk istrinya. "Itu kado saya untuk 25 tahun pernikahan yang sudah kita lewati," terang laki-laki yang bahasanya santun ini. Album ini juga sebgai mediasi untuk membuat orang ingat keberadaan Ebiet yang masih eksis. "Bisalah disebut seperti itu, paling tidak orang tahu saya masih ada," ucapnya sambil tertawa kecil.

Ada beberapa hal yang disoroti oleh penyanyi yang "sedih" ketika lagu-lagunya dilantunkan ketika sedang terjadi bencana. "Sedih karena sudah disuarakan lama, tapi justri didengar ketika bencana itu sudah terjadi," tandasnya. Menyepi untuk kesekian kalinya, membuat Ebiet bisa mengamati perkembangan musik Indonesia yang makin marak ini. Menurutnya, secara musikalitas mungkin berkembang pesat. "Tapi ada yang hilang," tegasnya. Apa itu? "Apresiasi musik di Indonesia itu cenderung menurun dan hanya melihat sisi artifisialnya saja," kritiknya. "Terus terang, saya sebenarnya frustasi juga melihat perkembangan musik sekarang yang menurun itu," tegasnya.

Tanpa bermaksud jumawa, Ebiet melihat dari sisi kualitas karya, musisi zamannya hanya kalah pada persoalan kualitas sound saja. "Kalau misalnya diadu, saya pikir tidak kalah kok," ucapnya santai. Ebiet tidak sedang "menantang" karena justru sedang memotivasi musisi muda untuk memberikan karya yang lebih apik. Dituding susah kompromi dengan industri, Ebiet membantahnya. "Saya justru berusaha kompromi dari sisi musikal bekerjasama dengan musisi-musisi muda," imbuhnya.

Misalnya di album terakhirnya ini, Ebiet menggamit Anot Hoed. Pengemasan lagu lama dengan aransemen baru itu adalah ‘Nyanyian Rindu’ dan ‘Camellia 3’ yang dulu diaransir Billy J. Budiardjo, dan kali ini diaransemen oleh Anto Hoed. Bagi Anto yang biasa menulis aransemen lagu-lagu karya isterinya, Melly Goeslaw, bekerja sama dengan Ebiet G. Ade adalah pengalaman baru. Awalnya Anto memakai dasar musik orkestra melalui sequencer [digital system], namun eksekusi akhirnya memakai orkestrasi yang digarap di Cina. Ebiet mengakui, ‘Nyanyian Rindu’, ‘Camellia 3’ dan ‘Demikian Cinta’ garapan Anto Hoed berbeda dengan 13 lagu lainnya dari album lama Ebiet, “Tapi nyawa lagu-lagu Ebiet G. Ade masih tetap ada, malah terdengar ada sound baru pada 3 lagu aransemen baru itu,“ pendapat Ebiet.

Idealisme yang dipertahankannya adalah, tidak menyanyikan lagu karya orang lain. Menurutnya, idealismenya inilah yang membuatnya bertahan. "Saya tetap menyanyikan lagu-lagu yang saya buat. Ini untuk mempertegas sosok saya sebagai pencipta lagu," tegasnya yakin. Meski begitu, Ebiet tak menampik jika kelak ada lagu-lagu karya orang lain yang "menggugah" hati untuk menyanyikannya. "Saya tidak anti lagu orang kok," tambahnya. Kalau sekarang, masih menurut Ebiet, dirinya sedang ingin memanjakan hati nurani saja.

Satu hal yang menganggu Ebiet sekarang adalah penggiat seni sekarang tercabut akar budayanya. "Penggiat seni sekarang kehilangan akar budayanya dan tidak berkarya dengan suara hati!" ujarnya mengakhiri obrolan dengan TEMBANG.com. [joko/foto: istimewa]
Read More......
APRESIASI MUSIK
Ketut Sumerjana
Abstrak : Apresiasi musik penting kita butuhkan baik itu tradisional
maupun musik moderen. Musik adalah bahasa dunia yang paling
mudah dipahami dan di dimengerti untuk mencapai ketenagan dan
kedamaian hati pada setiap umat manusia, meskipun ada persoalanpersoalan
yang sangat beragam untuk cara pandang seseorang
khususnya mengenai mengapresiasi musik dan kehidupan alam
sekliling kita, itu merupakan persoalan tersendiri. Untuk itu kami
mencoba mengamati fenomena tersebut dengan memberikan
informasi Apresiasi kepada masyarakat khususnya Apresiasi Musik.
Kata Kunci : Apresiasi Musik secara Umum dan Khusus
I. Pendahuluan
Satu-satunya yang dapat menggantikan kedudukan cinta adalah
seni / art, karena seni menembus hati seperti diibaratkan cinta. Cinta
juga menyingkapkan diri kita yang dalam, membawa kita pada saatsaat
yang abadi dan berbobot, kadang juga memperlihatkan pada
rahasia kita sendiri. Dan apa yang diciptakan manusia berupa seni
yang abadi, menunjukan bahwa dia mengandung benih keabadian di
dalam dirinya. Dan apa yang dihidupinya berupa saat-saat abadi,
menunjukan ia mengandung keabadian dalam hatinya. Dengan
segenap rendah hati izinkanlah penulis untuk menyampaikan bahwa
tulisan ini bukanlah lahir dari perenungan sendiri, melainkan sekedar
perpindahan materi dari global ke materi yang lebih kecil, sebagai
upaya pengenalan tentang sebuah hakekat suatu makna Apresiasi Seni
pada umumnya dan Apresiasi Musik pada khususnya.
Kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai macam hal,
diantaranya adalah pengalaman kehidupan manusiannya itu sendiri.
Pengalaman antara satu orang dengan lainnya tidak sama. Jika sebuah
musik disuguhkan kepada beberapa orang maka kesan yang diterima
diantara sesama penikmat tidaklah sama, ada sebagian dari mereka
1
yang hanya mempunyai kesan sedikit, ada yang lumayan dan ada juga
yang menerima kesan cukup banyak dari suguhan musik tersenbut.
Meski di era globalisem ini orang dapat mengatakan bahwa
dikotomi/pemisahan mendua Barat dan Timur sudah tidak diperlukan
lagi, bagi ilmu, lebih-lebih dalam hal kesejarahan, akan tetapi
dikotomi itu tetap perlu. Ada beberapa definisi tentang musik. Rene
Sedillot, sejarahwan Prancis telah menemukan definisi terutama
tentang musik dari China kuno, yang menyatakan bahwa musik adalah
seni yang mengungkapkan persatuan surga dan bumi, definisi ini telah
ada sejak 3500 SM (Sedillot 1959 : 34, kutipan jurnal FX Suhardjo
Parto)
Definisi ini pada prakteknya didukung oleh kepercayaan ras
Mongol, yang terdiri dari ras yang utama : 1) Asiatika di wilayah Asia
Timur Kuno, termasuk Jepang; 2) Melayu-Indonesia yang tersebar di
wilayah Asia Tengah-Tenggara, Yunani di China, Myanmar,
Siam/Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Semenanjung Melayu,
Kepulauan Asia Tenggara, yang mencakup ; Singapura, paroan barat
Nusantara dengan batas timur di Sulawesi dan kepulauan Filipina; 3)
ras Indian Amerika (Beals and Hoijer 1959 : 182), kepercayaan kuno
yang dimaksud itu adalah shamanismel tradisi pemujaan arwah
leluhur di ”permainan” jalangkung, tradisi trance / kerasukan dalam
pertunjukan kuda kepang / lumping atau di Bali disebut dengan Tari
Sanghyang Jaran, pemberian sesaji secara teratur pada hari-hari
tertentu dengan bunga-bunga/kembang pada pusaka, praktek gunaguna,
dsb. Musik shamanisme ini adalah musik ritme yang perkusif,
dengan instrumen pokok ; gendang, gong dalam berbagai ukuran dan
kecrek (Eliade 1974 : 179, kutipan jurnal FX Suhardjo Parto)
Ott’o K’arolyi, juga membuat definisi musik di dunia barat
yang berbunyi bahwa musik adalah seni dan sekaligus ilmu, dan oleh
karena itu ia harus diapresiasikan secara emisional dan dipahami
secara intelektual (karolyi 1979 : 9, kutipan jurnal FX Suhardjo Parto).
Definisi ini memiliki akar dari tradisi kultural Yunani sejak masa
Pythagoras (sekitar 582 –500 SM) yang memakai istilah lyre,
instrumen petik lyre (yang sekarang disebut dengan alat musik gitar)
sebagai alat untuk menentukan atas dasar perbandingan dawaidawainya
(Kline 1070 : 326)
2
II. Apresiasi Musik
Pengalaman musikal manusia beraneka ragam dan sejauh ini
tidak ada yang memiliki pengalaman yang persis sama (Hugh M.
Miller. 1958 : 1). Yang jelas adalah berwarna manusia tidak dapat
menghindar dari pengalaman musikal, dengan demikian bisa
dikatakan bahwa mungkin musik merupakan sumberdaya berharga
dari sekian banyak pengalaman manusia. Jika seseorang menyadari
arti penting yang potensial dari musik dalam kehidupannya, biasanya
seseorang tersebut akan berhasrat untuk menjadikan pengalaman
musikal tersebut lebih berharga lagi.
Dengan adanya bermacam-macam jenis musik, maka
pengalaman musikal yang diterima umat manusiapun beraneka ragam
pula. Tingkat pengalaman musikal seseorang inilah yang akan
menentukan seberapa jauh tingkat apresiasi seseorang terhadap musik.
Hal lain yang menentukan tingkat apresiasi musik seseorang juga
ditentukan dengan usaha secara sadar dalam latihan mendengarkan
musik secara penuh pengertian. Sebab yang perlu diingat adalah
bahwa kegiatan apresiasi musik bernilai tinggi tidaklah mudah untuk
mengapainya.
Istilah apresiasi berasal dari trimologi Ingris, yakni appreciate
yang berarti menghargai (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1989 :
35). Jadi apresiasi musik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
memahami musik dengan jalan menghargainya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa setiap hasil penciptaan karya seni merupakan suatu
bukti nyata fisikal (physical evidence), terbentuk dari suatu proses
pemikiran serta usaha seniman dalam berolah seni. Dalam apresiasi
mau tidak mau berkaitan dengan pengkajian seni itu sendiri sebagai
suatu substansi fenomena fisik yang primair (primary document).
Pemunculan sebuah komposisi sebagai suatu substansi fisik
yang kasat mata dengan spesifikasi tersendiri, memberikan keluasan
pengkajian yang disesuaikan dengan disiplin penikmat yang ada, dan
disejajarkan dengan kaidah dari jenis karya seni. Selanjutnya
kesetaraan penikmat seni dengan bunyi yang dikaji, dapat
memberikan peluang adanya suatu premis terhadap keterkaitan antara
komposisi seni musik dengan penikmatnya. Kondisi seperti ini dapat
ditelaah lebih dalam lagi dengan berbagai segi dan cara pandang
tertentu yang di antaranya adalah : estetik, artistik, form, irama dan
lain sebagainya.
3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah apresiasi
mempunyai arti : kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya dan
penilaian/penghargaan terhadap sesuatu (Anton Moelino, 1989 : 41).
Dengan berlandaskan pada keterangan tersebut dapatlah kiranya
ditarik suatu benang merah antara istilah apresiasi dan apresiasi
musik. Karena dalam apresiasi diperlukan adanya kesadaran terhadap
nilai-nilai seni, sudah sewajarnya bila didalam apresiasi musik juga
diperlukan adanya kesetaraan nilai-nilai seni dalam disiplin seni
musik. Penginderaan tentang kesadaran nilai-nilai seni musik dapat
dengan menggunakan pendekatan musikologi untuk mengetahui bobot
kesadaran yang dimilikinya.
Musikologi merupakan terjemahan dalam Bahasa Ingris
musicology, istilah ini berangkat dari terminologi Prancis yakni
musicology, hal ini sejalan dengan istilah Jerman abad 19
musikwissenschaft. Istilah ini dianggap paling tepat untuk
menggambarkan suatu disiplin yang membahas tentang pengetahuan
serta penelitian dari semua aspek tentang musik. Awal dari rentangan
musikologi sangat luas, yakni dari sejarah musik barat hingga
taksonomi musik primitif, dari akusti ke estetika, dari harmoni dan
kontrapung hingga pedagogi piano. Elaborasi tentang katagori
musikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan banyak
bermunculan, dimulai dari formula Hugos Riesman dan Guido Adler
pada abad 19, sampai pada Charles Seeger, seorang plopor
Ethnomusikologi Amerika moderen yang berasil menerbitkan
formulasi tentang klasifikasi musik secara komprehensif.
Dalam perkembangan selanjutnya, terutama sebagai tujuan
akademik, rentangan musikologi menjadi lebih terbatas kepada
pengertian akan studi tentang sejarah musik seni di barat. Butir sajian
musikologi secara akademik meliputi pembahasan tentang : Musik
Renaisance, Simfony, gaya Musik JS. Bach, Beethoven dan
Belabartok. Secara singkat, musikologi dianggap berkaitan dengan
musik melalui hal yang factual, bersifat dokumenter, positifistik serta
dapat diverifikasikan dan dianalisis. Dengan demikian musikologi
tidak dibatasi pada perngertian tentang butir sajian itu sendiri,
melainkan juga pada pendekatannya terhadap butir sajian tersebut
(Victor Ganap, 1994 : 5).
Sebagai bahan perbandingan dalam memahami apresiasi kita
menengok apresiasi dalam bidang sastra. Menurut Ensiklopedi
Nasional Indonesia, apresiasi sastra adalah suatu kemapuan untuk
4
menikmati, menghargai dan menilai suatu karya sastra dan secara teori
apresiasi sastra bertahap-tahap atau bertingkat (Ensiklopedi Nasional
Indonesia, jilid 2, 1988 : 204).
Tahapan yang ada terbagi dalam tiga macam : tahap awal,
adalah tahap dimana membahas tentang keterlibatan jiwa ketika
pembaca mulai memikirkan, merasakan dan membayangkan hal-hal
yang dirasakan sastrawan pada saat mencipta.
Pada tahap kedua, dengan menggunakan pikiran maupun
konsep-konsep sastra yang pernah dipelajarinya. Tahapan ini juga
disebut dengan tahapan apresiasi kritik atau intlektual. Penelaahan
suatu karya sastra tidak mungkin sempurna tanpa latar belakang
pengetahuan tentang disiplin sastra itu sendiri. Bagi mereka yang latar
belakang pengetahuan bidang sastranya jauh dari cukup, biasanya
penserapan karya sastra dalam tahapan ini mengalami tingkat apresiasi
pada tahapan berikutnya.
Tahapan terakhir dimulai dari saat penikmat menghubungkan
pengalaman pribadi yang dia proleh dari karya sastra yang
diketahuinya pada kehidupan umum. Pada tahap ini, karya sastra yang
diapresiasikan dicermati dengan melihat sejarah perkembagan sastra.
Dengan demikian karya sastra yang diapresiasikan dapat diketaui
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya karya sastra itu
dapat ditentukan dengan lebih seksama dan lebih teliti. Pada tahap
terakhir ini, tentu saja belum merupakan tahap tertinggi, terlebih bagi
sarjana sastra yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang sastra
(Ibid)
Istilah apresiasi musikal lebih muncul dan diterima oleh
masyarakat umum, seiring dengan perjalanan waktu dan dalam
texsbook dijelaskan sebagai suatu bentuk desain training pendidikan
untuk mengusahakan agar kemampuan murid dalam mendengar,
dapat memahami secara serius tanpa kebingungan. Selain itu juga
dimaksudkan dapat mendengarkan dengan baik periode-periode yang
berbeda dari musik dalam tingkat-tingkat kompleksitas. (Oxford
Dictionary of Music Univ. Press, London, : 27)
Sejarah apresiasi musik sebagai sebuah subyek di dalam
kursus pendidikan ditulis dengan judul Music – the Child and the
Masterpiece pada tahun 1935 ; buku tersebut dalam edisi Amer
disebut Apreciation – it’s History and Technics.
Fakta dari eksistensi seni mendengarkan ini (art of listening),
pertama kalinya secara jelas diketahui bahwa Nageli dari Zurich sudah
5
melakukan kegiatan tersebut secara amatir. Dan dalam tahun 1829
buku yang digunakan telah diterbitkan oleh seorang musikolog besar
Fetis. Pada tahun 1829 Fetis pergi ke London untuk memberikan
pengajaran tentang La Musique mise a la portee de tout le mande
(menanamkan musik dalam jangkauan setiap orang). Tahun 1930
Fetis menerbitkan buku dengan title yang sama dan diketahui sudah
diterjemahkan dalam beberapa bahasa dan dalam 19 edisi. (Ibid, : 28)
Eksperimentasi nyata dari cara mengajar seperti yang
dilakukan Fetis mulai berkembang secara simultan di Inggris dan
Amerika. Istilah memahami dan menghargai (appreciate and
appreciation) dalam aplikasi musikal pertama kali digunakan di
Amerika. Tahun 1906 diterbitkan buku How to Appreciate Music oleh
Gustav Kobbe dan tahun 1907 T.W Surette dan D.G Mason
menerbitkan The Appreciation of Music. Ide ‘apresiatif’ telah
menyebar hingga ke Negara-negara di luar Amerika dan Inggris,
dengan fasilitas yang lebih memadai. (Ibid)
Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa apresiasi musik adalah suatu usaha peningkatan kemampuan
untuk mendengarkan musik dengan penuh pengertian. Meningkatkan
apresiasi musik secara nisbi adalah adanya usaha secara sadar dan
merupakan suatu keharusan yang dituntut sepanjang waktu dalam
latihan mendengarkan musik secara penuh pengertian. Permasalahan
yang muncul adalah dengan cara apa manusia mencapai kemampuan
mendengarkan musik dengan penuh pengertian…?
Proses apresiasi tidak terlepas dari latar belakang pengetahuan
yang dimiliki oleh pelaku-pelaku apresiasi, jika yang dijadikan obyek
apresiasi dalam musik, maka lancarnya suatu apresiasi tergantung
pada latar belakang pengetahuan musikalnya. Hal ini tidak berarti
hanya pengetahuan umum dengan pengenalan sejumlah literatur
musik saja, tetapi juga pengetahuan tentang musik dengan segala
term-term nya.
Latar belakang pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua
bagian yakni latar belakang umum dan khusus. Yang dimaksud
dengan latar belakang umum adalah keseluruhan pengalaman musikal
yang berhubungan dengan latar belakang musikal secara umum,
seperti ; mendatangi konser-konser musik, melihat sajian musik di
televisi, video maupun laser disk, mendengarkan musik melalui radio
atau alat audio lain, terjun dalam kegiatan berolah musik vokal
maupun instrumen. Latar belakang umum juga termasuk belajar musik
6
secara formal dengan materi-materi pelajaran musik, membaca
biografi dan buku sejarah musik serta memplajari/mengetahui seluk
beluk teori musik (harmony, silfegio, bentuk orchestrasi dll.)
Dalam latar belakang khusus ditambah lagi dengan memplajari
karya-karya yang bersifat individual. Sesuatu yang didapat berkat
mempelajari sebuah komposisi yang khusus diciptakan dengan latar
belakang yang khusus pula, maka kekhususan yang ada akan menjadi
umpan balik bagi apresiator dalam peningkatan apresiasinya. Latar
belakang yang bersifat informative ini termasuk misalnya ; analisis
bentuk sebuah komposisi, gaya, jati diri komposer serta hal ikwal
mengenai sebuah komposisi (waktu penulisan, proses penulisan,
situasi dan kondisi yang melingkupinya, untuk tujuan apa dan
gagasan-gagasan apa yang ada di benak komponisnya). Butir-butir
dalam latar belakang khusus bisa diproleh dengan jalan membaca
refrensi dari bermacam sumber ataupun dengan mendengarkan musik
itu sendiri. (Hugh M. Miller op. cit., : 10)
Pendekatan yang digunakan dalam proses apresiasi adalah
pendekatan yang bersifat auditori dan pendekatan secara visual.
Pendekatan auditori yang sering juga disebut pendekatan auditif
secara simpel dapat diartikan mempelajari musik dengan cara
mendengarkannya. Hal itu sejalan dengan hakekat dari musik itu
sendiri yang merupakan kesenian auditif, maksudnya sebuah seni
yang bergerak dalam waktu melalui medium bunyi. Dengan demikian
kegiatan apresiasi musik tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan
auditori.Dalam pendekatan visual, aspek yang penting adalah
pengembangan seoptimal mungkin daya apresiasi, contoh ;
mengembangkan kemampuan mengikuti partitur sementara musik
dibunyikan. Dengan melakukan kegiatan tersebut, hal-hal yang tidak
tertangkap teling dapat dilengkapi oleh penglihatan. Di dalam musik
aspek visual yang berlebihan dibanding aspek auditif dianggap kurang
bermanfaat, misalnya suatu kebiasaan wajar untuk melihat pemain.
Kondisi seperti ini hanyalah berlaku dalam sajian audio visual
sedanglan secara audio hal ini tidak berlaku. (Ibid, : 11)
Seperti sudah diketahui bersama, bahwa proses apresiasi
tidaklah semudah seperti yang dibayangkan. Munculnya hambatan
dalam proses apresiasi sering sekali dianggap sebagai tingkat kesulitan
yang dilebih-lebihkan. Untuk mencermati hal itu dengan kesadaran
7
sepenuhnya, perlu kiranya diketahui hambatan-hambatan umum yang
sering terjadi dalam proses apresiasi musik.
Hambatan yang paling utama dalam proses apresiatif adalah
kesulitan mendengarkan secara aktif, yang dimaksud di sini adalah
bahwa persepsi terhadap seni yang didasarkan atas bunyi fisik, dalam
menangkapnya dituntut suatu usaha khusus, hal ini perlu dilakukan
karena seperti sudah dijelaskan sebelumnya, tidak semua hal dapat
dijangkau oleh telinga manusia. Untuk mnunjang keberasilan suatu
apresiasi musik, perlu dihindarkan cara mendengarkan yang bersifat
pasif. Hambatan lainya adalah kurangnya bekal musikal yang
melatarbelakangi. Dengan rendahnya pengetahuan tentang
pengetahuan musikal, maka dalam mendengarkan secara apresiatif
akan terdapat rangkaian-rangkaian elemen musikal rumit tidak akan
teruraikan dengan jelas. Apabila dalam kegiatan apresiatif terhadap
hambatan-hambatan seperti tersebut di atas, penilaian menurut
konteks beserta batasan-batasan akan mengalami penurunan.
Dalam meplajari sebuah lukisan, patung ataupun bangunan
dapat dilakukan berulang kali dan diplajari hingga ke detailnya,
namun dalam mendengarkan musik yang sedang dimainkan hal itu
kecil sekali kemungkinannya dilakukan. Pencermatan peristiwa musik
adalah sesaat dan sedemikian cepat berlalu, padahal apresiator masih
harus menghubungkan sesuatu yang telah berlalu dengan apa yang
terdengar berikutnya. Untuk mengatasi keadaan seperti itu perlu
dikembangkan ingatan musikal, sebab akan membantu dalam kegiatan
apresiasi musik. (The New Harvard Dictionary of Music, 1986 : 519)
III. Kesimpulan
Dari uraian di atas, kiranya dapat kita simpulkan bahwa Apresiasi
Musik di era- globalisasi ini merupakan suatu butuhkan dan sekaligus
sebagai pembelajaran kita untuk menghargai/penghargaan sesuatu.
Yang paling sederhana yang kita contohkan adalah menghargai diri
kita sendiri dulu. Sehingga ada timbul pertanyaan pada diri kita,
”sudahkah kita menghargai diri kita sendiri?” ini merupakan suatu
pertanyaan gampang-gamapang susah untuk kita jawab, yang tahu
jawaban tersebut adalah diri kita juga. Apalagi kita sebagai pelaku
seni atau pekerja seni, apresiasi adalah merupakan suatu keharusan
dan kebutuhan yang penting untuk proses hidup kita selanjutnya.
Apresiasi sangat luas maknanya, dan tidak di bidang seni saja
melainkan juga di bidang lainya seperti ; sosial, budaya, religius, dan
8
masih banyak lagi sekeliling kita yang perlu di cermati untuk
diapresiasi. Disamping itu juga dengan mengapresiasi keanekaragam
budaya di Indonesia misalnya, ini merupakan salah satu usaha untuk
pelestarian yang dapat mewujudkan cita-cita Persatuan dan Kesatuan
Bangsa dimana merupakan salah satu misi Bangsa Indonesia.
Apresiasi bisa disebut juga merupakan suatu usaha untuk pelestarian
budaya, persatuan umat, dan mencegah adanya disitegrasi Bangsa
khususnya di negri tercinta ini, karena melihat dunia yang global ini
tentunya semakin banyak pula refrensi yang kita dapat untuk
memaknai hidup yang sebenarnya.
Daftar Rujukan
1. Hugh M. Miller, Introduction to Music a Guide to Good
Listening, Barnes & Noble Inc., New mexico, 1958.
2. Johan M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris –
Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1984.
3. Victor Ganap, Gaya Romantisme Brahms dan Schubert
sebagai Butir Sajian dalam Pengkajian Musikologi di
Perguruan Tinggi, ISI Yogyakarta, 1994.
4. Don Michael Randel, Harvard Concise Dictionary of Music,
The Belknap Press of Harvard Univ. Press, London, 1975.
5. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 2 , PT. Cipta Adi Pustaka,
Jakarta. 1988.
6. Percy A. Scholes, The Consise Oxford Dictionary of Music,
Oxford Univ. Press, London.
7. F.X. Suhardjo Parto, Praktisi dan Teori Dalam Musik, Jurnal
no 3 ISI Yogyakarta, 1995.
8. Y Edhi Susilo, Apresiasi Musik Pendidikan, Jurnal no 4 ISI
Yogyakarta, 1996.
9. Don Michael Randel, The New Harvard Dictionary of Music,
The Belknap Press of Harvard Univ. Press, London, 1986.
10. Anton Moelino, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka
Jakarta, 1989.
Penulis : Ketut Sumerjana
9
Lahir di Sangsit, Singaraja Pada Tanggal 14 Pebruari 1974,
tahun 1990 belajar di Sekolah Menengah Musik Negeri Denpasar
(SMM) sebagai angkatan ke-3 dan tamat tahun 1994, setelah tamat
SMMN Denpasar melanjutkan ke Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta Jurusan Seni Musik dengan minat utama Musik Sekolah
(MS), wisuda tahun 1999. Semenjak tahun 2001 diangkat sebagai staf
pengajar pada Jurusan Seni Karawitan STSI Denpasar dan kini
sekarang berubah nama menjadi Institut Seni Indonesia (ISI)
Denpasar. Disamping itu juga aktif dalam pembinaan seni musik dan
mengarap lagu Pop Bali maupun Festival Musik Jazz dengan bentuk
garapan instrumentalia dengan penyajian musik kolaborasi pada ajang
festival lagu Pop Bali dalam Pesta Kesenian Bali (PKB), Jak Jazz
Festival tahun 2003, Bali Jazz Forum tahun 2005, Nusa Dua Jazz
Festival 2006, Bamboo Music Festival di Jakarta dan konser tunggal
di Gedung Kesenian Jakarta bersama dengan gerup Jas Fusion (musik
kolaborasi) pada tahun 2007. Membuat karya iringan musik ” Prosesi
Penyatuan Kampus FSRD UNUD menjadi Institut Seni Indonesia
(ISI) Denpasar” dalam rangka Gelar Seni Wisuda I Institut Seni
Indonesia (ISI) Denpasar, 17 Maret 2004 di ISI Denpasar. Membuat
karya musik ”Denpasar Kota Budaya” yang dipublikasikan dalam
Festival Lagu Pop Daerah Bali pada PKB XXVI dan XXVII di Taman
Budaya Denpasar (Art Centere), 21 Juni 2004 dan 20 Juni 2005.
Membuat iringan Tehkno Music dalam karya ”Gagal Gaul” karya
bersama dengan Tari dan Musik, Membuat iringan musik dan sound
efeck multi media dalam karya garapan ISI Denpasar dalam setiap
event pengabdian di masyarakat dari tahun 2006 dan 2007. Disamping
itu juga pengabdian masyarakat, diantaranya memberi pelayanan
kepada masyarakat sebagai Pembina Paduan Suara Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tahun 2004
sampai sekarang, sebagai koordinator Koor Paduan Suara Institut Seni
Indonesia (ISI) Denpasar pada HUT - KORPRI Ke - 33 di Renon
Denpasar pada 29 Nop 2004. Juga sebagai koordinator grup Band
untuk pegawai dan dosen di lingkunagn Kampus Institut Seni
Indonesia (ISI) Denpasar sampai sekarang.

Read More......
Pengalaman musikal manusia beraneka ragam dan sejauh ini tidak ada yang memiliki pengalaman yang persis sama (Hugh M. Miller. 1958 : 1). Yang jelas adalah berwarna manusia tidak dapat menghindar dari pengalaman musikal, dengan demikian bisa dikatakan bahwa mungkin musik merupakan sumberdaya berharga dari sekian banyak pengalaman manusia. Jika seseorang menyadari arti penting yang potensial dari musik dalam kehidupannya, biasanya seseorang tersebut akan berhasrat untuk menjadikan pengalaman musikal tersebut lebih berharga lagi.
Dengan adanya bermacam-macam jenis musik, maka pengalaman musikal yang diterima umat manusiapun beraneka ragam pula. Tingkat pengalaman musikal seseorang inilah yang akan menentukan seberapa jauh tingkat apresiasi seseorang terhadap musik. Hal lain yang menentukan tingkat apresiasi musik seseorang juga ditentukan dengan usaha secara sadar dalam latihan mendengarkan musik secara penuh pengertian. Sebab yang perlu diingat adalah bahwa kegiatan apresiasi musik bernilai tinggi tidaklah mudah untuk mengapainya.

Istilah apresiasi berasal dari trimologi Ingris, yakni appreciate yang berarti menghargai (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1989 : 35). Jadi apresiasi musik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memahami musik dengan jalan menghargainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap hasil penciptaan karya seni merupakan suatu bukti nyata fisikal (physical evidence), terbentuk dari suatu proses pemikiran serta usaha seniman dalam berolah seni. Dalam apresiasi mau tidak mau berkaitan dengan pengkajian seni itu sendiri sebagai suatu substansi fenomena fisik yang primair (primary document).

Pemunculan sebuah komposisi sebagai suatu substansi fisik yang kasat mata dengan spesifikasi tersendiri, memberikan keluasan pengkajian yang disesuaikan dengan disiplin penikmat yang ada, dan disejajarkan dengan kaidah dari jenis karya seni. Selanjutnya kesetaraan penikmat seni dengan bunyi yang dikaji, dapat memberikan peluang adanya suatu premis terhadap keterkaitan antara komposisi seni musik dengan penikmatnya. Kondisi seperti ini dapat ditelaah lebih dalam lagi dengan berbagai segi dan cara pandang tertentu yang di antaranya adalah : estetik, artistik, form, irama dan lain sebagainya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah apresiasi mempunyai arti : kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya dan penilaian/penghargaan terhadap sesuatu (Anton Moelino, 1989 : 41). Dengan berlandaskan pada keterangan tersebut dapatlah kiranya ditarik suatu benang merah antara istilah apresiasi dan apresiasi musik. Karena dalam apresiasi diperlukan adanya kesadaran terhadap nilai-nilai seni, sudah sewajarnya bila didalam apresiasi musik juga diperlukan adanya kesetaraan nilai-nilai seni dalam disiplin seni musik. Penginderaan tentang kesadaran nilai-nilai seni musik dapat dengan menggunakan pendekatan musikologi untuk mengetahui bobot kesadaran yang dimilikinya.

Musikologi merupakan terjemahan dalam Bahasa Ingris musicology, istilah ini berangkat dari terminologi Prancis yakni musicology, hal ini sejalan dengan istilah Jerman abad 19 musikwissenschaft. Istilah ini dianggap paling tepat untuk menggambarkan suatu disiplin yang membahas tentang pengetahuan serta penelitian dari semua aspek tentang musik. Awal dari rentangan musikologi sangat luas, yakni dari sejarah musik barat hingga taksonomi musik primitif, dari akusti ke estetika, dari harmoni dan kontrapung hingga pedagogi piano. Elaborasi tentang katagori musikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan banyak bermunculan, dimulai dari formula Hugos Riesman dan Guido Adler pada abad 19, sampai pada Charles Seeger, seorang plopor Ethnomusikologi Amerika moderen yang berasil menerbitkan formulasi tentang klasifikasi musik secara komprehensif.

Read More......