I’ll Always Waiting for You
Pagi itu Aya bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah sarapan Aya segera keluar rumah. Di halaman sudah ada Reza yang datang untuk menjemputnya.
“Kok kamu lama banget? Ngapain aja? Aku capek nih nunggu kamu”. Kata Reza.
“Iya, sorry… T’rus, kalo lama, kenapa gak ditinggal aja?”
“Aku gak tega dong ninggalin pacarku yang cantik ini…” Reza tersenyum.
“Ih, pake gombal segala lagi. Udah, ayo berangkat. Nanti telat.”
“Ya udah. Ayo naik.”
Sampai di sekolah Aya dan Reza langsung menuju ke kelas mereka, yaitu kelas X.1. Mereka berdua satu kelas sekaligus satu bangku. Hari itu pelajaran pertama mereka adalah Bahasa Inggris. Yang mengajar adalah Bu Rya. Guru yang sangat kalem dan lembut. Sehingga saat ia mengajar, tak jarang siswa hanya bergosip bahkan tidur di kelas. Demikian pula Reza, ia menyimak pelajaran dengan terkantuk-kantuk. Melihat hal itu, Aya merasa kesal.
“Eh, kamu itu dengar gak sih penjelasan Bu Rya?” Aya menegur Reza.
“Dengar kok. Tapi dikit”
“Ih, gak boleh gitu dong. Bagaimanapun kalau guru menerangkan, kita harus memperhatikan” Aya memulai ceramahnya.
“Iya, iya. Aku tau. Tapi, Aku ngantuk banget nih, tadi malam aku lembur.” Reza menjawab sambil menguap.
“Kamu kalau dinasehati selalu aja gitu”.
“Udahlah. Nanti pinjam catatannya yah… Aku mau bobo” Kata Reza
“Terserah kamu aja deh.”
Saat semua pelajaran usai, Reza mengajak Aya pulang.
“Aya, kamu gak dijemput kan?”
“Gak kok. Aku gak dijemput”.
“Pulang bareng yuk.”
“Bentar, aku beresin barang-barangku dulu”.
“Oh ya. Nanti kamu mau ikut aku jalan-jalan gak?” Reza mengajak
“Jalan-jalan ke mana?”
“Ya… Ke mana aja. Mau ikut gak?”
“Aku bilang mama dulu yah.”
“Okelah, gak masalah. Kalau udah minta izin, hubungi aku yah. Nanti aku jemput”
“Kamu jemput jam berapa?”
“Jam 4.”
“Ya udah. Yuk, pulang”.
Sampai di rumah Aya mencari mamanya.
“Ma… Mama…”
“Iya… Mama di dapur. Kenapa sayang? Baru pulang kok udah teriak-teriak?”
Aya menuju ke dapur untuk menemui mamanya.
“Ma, nanti sore aku mau keluar sama Reza. Boleh ya ma? Boleh ya..?” Aya mencoba membujuk mamanya.
“Boleh aja. Tapi setelah tugas-tugas kamu selesai.”
“Iya Ma. Makasih ya Ma…”
“Nah, sekarang ganti baju dulu. Terus makan siang. Dan jangan lupa minum obat kamu”
“Iya Ma. Aya ke atas dulu.”
Sore harinya…….
“Ma, Aya berangkat yah.” Kata Aya sambil mencium tangan Mamanya.
“Jangan lama-lama ya. Jangan sampai malam pulangnya.”
“Kami pergi dulu Tante.” Reza pamitan
“Hati-hati di jalan Nak. Jangan ngebut.”
“Iya Tante. Saya permisi.”
“Daaahh Ma…….. Aya pergi dulu”.
“Ayo naik.” Reza menyuruh Aya segera naik ke atas motor.
“Eh, emangnya kita mau ke mana?”
“Ada deeehhh…. Cepat naik. Nanti kamu juga tau.”
“Kamu selalu aja main rahasia-rahasiaan”
Setelah tiba di tempat tujuan Aya sangat terkejut sekaligus kagum.
“Waaahh……. Keren banget tempatnya. Danaunya cantik banget.”
“Cantik kan? Gak nyesal kan ikut ma aku?”
“Kamu tau dari mana tempat kayak gini?”
“Aku nemu sendiri waktu lagi liburan sama Mama Papaku. Waktu itu aku masih SD. Di sini tempat aku tenangin pikiran kalau lagi stres. Cocok kan untuk tempat refreshing?”
“Cocok banget. Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngapain di sini?” Aya bertanya.
“Sekedar jalan-jalan aja. Kita ke rumah pohonku yuk.”
“Oh, ada rumah pohon juga ya. Aku mau lihat.”
“Rumah pohonnya ada di sana.” Kata Reza menunjuk arah selatan.
Kemudian mereka berjalan menuju rumah pohon.
“Nah, ini dia rumah pohonnya. Ayo masuk.”
“Kamu sering ke sini?” tanya Aya sambil melihat-lihat isi rumah pohon itu.
“Kalau ada waktu aku ke sini. Tapi, aku belum pernah ngajak siapapun ke sini selain kamu. Aku selalu datang sendiri.” Reza menjelaskan.
“Kenapa cuma aku?” Aya heran.
“Aku pernah berjanji aku akan ajak seseorang yang special ke tempat ini. Dan orang itu adalah kamu.” Kata Reza sambil tersenyum manis ke Aya.
“Kenapa kamu gak ajak orang tua kamu?”
“Orang yang aku maksud itu selain orang tua dan kakak aku.”
“Kok gitu?.”
“Kamu itu dari tadi nanya mulu. Gini ya… Aku jelasin. Kamu itu orang yang sangat aku sayangi dan kamu juga orang yang sangat berarti dalam hidup aku. Kamu orang yang special buat aku. Aku gak akan lepasin kamu sampai kapanpun. Gimana? Jelas?”
“Makasih yah, udah anggap aku orang yang berarti. Baru kali ini ada yang anggap aku kayak gitu.” Aya terharu.
“Eh, jangan nangis. Gak boleh cengeng. Kamu gak cantik kalau nangis.”
“Aku gak nangis kok. Aku cuma terharu aja.”
“Ngomong-ngomong, aku mau tanya sesuatu sama kamu Aya.”
“Mau nanya apa?”
“Selama ini kamu senang gak sama aku? Kamu punya keluhan tentang aku gak?”
“Aku senang dong. Aku gak punya keluhan apa-apa kok. Selama ini kamu baik.”
“Aku mau minta beberapa hal sama kamu.”
“Apa aja tuh?”
“Aku minta kamu jangan ninggalin aku. Dan yang paling penting, kamu harus setia, jangan khianati aku.” Raut wajah Reza terlihat sangat serius.
“Tentu aja. Aku akan selalu setia sama kamu.” Jawab Aya.
“Janji ya…..” Reza mengulurkan jari kelingkingnya.
“Iya, aku janji…” Aya juga melakukan hal yang sama. Sehinggga jari mereka saling bertautan.
“Aku sayang kamu.” Kata Reza sambil mengelus kepala Aya.
“Aku juga sayang kamu.” Kata Aya.
“Ngomong-ngomong sekarang 13 Februari. Sekarang hari apa?” Reza pura-pura bertanya kepada Aya
“Besok Valentine kan?” Aya kelihatan ceria
“Aku tanya hari ini Sayang…..” kata Reza
“Gak tau deh. Aku nyerah.”
“Sekarang hari jadian kita. Udah 2 tahun loh….. kok lupa sih? Kamu udah pikun ya?” Reza mengingatkan
“Oh iya yah… Kok aku bisa lupa. Sorry…….”
“Iya, gak apa-apa. Kamu senang gak hari ini?”
“Iya. Aku senaaaaang banget. Makasih yah udah ajak aku ke sini. Ini tempat yang bagus banget.”
“Sama-sama. Eh, udah sore nih. Kita pulang yuk.” kata Reza kemudian
“Ayo…”
Sampai di rumah Aya segera menuju ke kamarnya. Tapi, tiba-tiba Mamanya memanggil.
“Aya, kamu udah pulang? Ke sini sebentar sayang.”
“Ada apa Ma?”
“Mama punya berita gembira.”
“Apa tuh Ma?” Aya penasaran.
“Malam ini Papa kamu pulang, besok pasti udah sampai.”
“Yang bener Ma?”
“Iya sayang. Papa bawa oleh-oleh buat kamu.”
“Aku udah gak sabar mau lihat.”
“Nah, sekarang kamu mandi dulu. Terus makan malam.”
“Iya Ma. Aya ke kamar dulu.”
Sampai di kamar, Aya langsung mengambil handuk untuk mandi. Setelah mandi, tiba-tiba…
“Uhuk…Uhuk…” Aya terbatuk-batuk. Kemudian ia melihat tangannya berlumuran darah. Ia muntah darah dan mimisan. Aya panik. Kemudian ia segera membersihkan darah tersebut.
Beberapa hari kemudian Aya sakit dan harus diopname di rumah sakit. Setelah dokter memeriksa keadaan Aya, dokter itu berkata
“Pak, bisa ikut ke ruangan saya sebentar?” dokter mengajak Pak Fahri, Papa Aya.
“Iya dokter, tentu saja”
Setelah keluar dari ruangan dokter, Pak Fahri terlihat sangat lesu, tidak bersemangat.
“Ada apa Pa?” Bu Lhya bertanya.
“Kita keluar sebentar Ma.” Pak Fahri mengajak Bu Lhya bicara di luar. Setelah penjelasan dari Pak Fahri berakhir, Bu Lhya menangis.
“Gak mungkin. Itu gak mungkin. Papa jangan bohong.” Bu Lhya tidak percaya atas apa yang di dengarnya.
“Papa gak bohong Ma. Itu yang dikatakan dokter.”
“Dokter pasti salah. Lakukan pemeriksaan ulang Pa. Mama gak bisa percaya”.
“Sabar Ma. Dokter sudah melakukan tes beberapa kali. Hasilnya tetap sama.”
Bu Lhya sangat terpukul.
Seminggu kemudian, Wali kelas X.I yaitu Bu Dhyla mengumumkan kepada anak-anak walinya kalau Aya pindah sekolah. Mendengar hal itu, Reza sangat kaget dan tidak percaya. Sudah seminggu Aya tidak hadir di sekolah dan Aya tidak pernah menghubunginya. Reza penasaran, ia berencana akan ke rumah Aya sore harinya.
Saat tiba di rumah Aya, rumah itu terlihat sepi. Untunglah ada Mbok Nah, pembantu di rumah itu. Reza kemudian bertanya
“Mbok, Aya ada di rumah?”
“Wah, Den Reza telat. Ibu, Bapak, sama Neng Aya baru aja pergi.” Kata Mbok Nah
“Pergi ke mana Mbok?” Reza penasaran
“Ke bandara Den”.
“Bandara? Mau ngapain Mbok?” Reza kaget setengah mati
“Katanya Ibu sama Bapak mau ke luar negeri Den. Terus, Neng Aya juga ikut. Neng Aya akan lanjutin sekolahnya di sana”. Terang Mbok Nah
“Apa? Kok Aya gak bilang Mbok?” Reza sangat tidak percaya.
“Saya juga gak tau Den. Oh ya, ada pesan dari Neng Aya buat Aden, katanya ada sesuatu di rumah pohon untuk Aden.” Mbok Nah menyampaikan pesan Aya kepada Reza.
“Ya udah Mboh, makasih. Saya ke bandara dulu.” Kemudian Reza melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia harus cepat sampai di bandara untuk menyusul Aya.
Sesampainya di bandara Reza langsung berlari ke dalam dan mencari-cari Aya. Tapi, ia tidak melihat Aya di manapun. Reza terus mencari. Beberapa saat kemudian, Reza melihat Aya di pintu masuk menuju tempat pesawat Take off. Reza berteriak memanggil Aya
“Aya……. Tunggu….. Aya……..”
Tapi Aya tidak mendengar teriakan Reza. Reza melihat Aya berada di atas kursi roda. Reza mencoba memanggil lagi. Tapi sia-sia. Aya sudah masuk ke tempat Take off. Reza hanya bisa melihat pesawat lepas landas dan mulai mengudara. Seketika kaki Reza tak bisa berdiri lagi. Ia merasa tidak berdaya dan kehilangan kekuatannya.
“Kenapa Aya, kenapa? Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ninggalin aku? Kamu udah janji sama aku gak akan pergi. Kamu akan selalu ada di dekat aku. Tapi kenapa sekarang kamu pergi tanpa pamit sama aku? Aku salah apa? Kenapa kamu tega? Kamu bohong Aya, kamu bohong.” Reza bergumam sendiri. Ia sangat kecewa. Tiba-tiba ia teringat pesan Aya yang disampaikan Mbok Nah untuknya. Reza segera pergi ke rumah pohon.
Sampai di sana Reza segera mencari sesuatu yang dimaksud. Dan Reza menemukan sebuah bungkusan kecil di atas meja. Ia segera membukanya. Di dalamnya ada kalung dan sepucuk surat. Reza membuka surat tersebut dan membacanya.
“Dear Reza….
Reza, apa kabar? Aku pengen banget ketemu kamu. Tapi aku tau, saat kamu baca surat ini, aku udah pergi.
Reza, maafin aku karena aku gak pamit dulu sama kamu. Aku tau kamu pasti marah sama aku. Aku gak bermaksud untuk ingkari janji aku sama kamu. Aku tau aku salah. Tapi aku harus pergi dari kamu Za. Aku pergi bukan karena aku benci sama kamu. Aku punya alasan.
Reza, sebenarnya aku pergi karena aku harus berobat Za. Aku kanker otak. Penyakitku udah parah, udah mendekati stadium 3. aku harus pergi untuk berobat. Maaf karena aku gak pernah bilang sama kamu. Aku takut kalau kamu tau kamu akan benci sama aku. Aku akan pulang kalau aku udah sembuh.
Reza, kalung itu buat kamu sebagai kenang-kenangan dari aku. Tolong disimpan yah. Yang satunya ada sama aku. Jangan lupain aku Reza. Aku sayang kamu.”
AYA
“Kenapa kamu harus pergi Aya? Kenapa kamu gak bilang? Aku suka sama kamu apa adanya. Aku akan tunggu kamu Aya. sampai kapanpun. Aku akan selalu menunggu kamu. Aku janji”.
5 tahun kemudian…
Sore itu, 13 Februari, Reza datang ke danau dekat rumah pohonnya. Tempat kenangan dia dan Aya Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang sedang berdiri di depan rumah pohon. Reza sangat heran karena setahunya hanya dia dan Aya yang tau tentang tempat itu. Reza mendekati orang itu dan menyapanya
“Mmmm…… Permisi. Anda siapa ya?” Reza bertanya
Kemudian orang tersebut menoleh kearah Reza. Saat Reza melihat wajah orang tersebut, Reza terdiam. Bibirnya terkunci rapat. Ia tak bisa berkata apa-apa. Hanya diam seribu bahasa dan berdiri mematung.
“Hai…. Apa kabar? Lama gak ketemu.” Orang tersebut tersenyum
“A..A.. Aya… Kamu Aya kan?” Reza tergagap-gagap. Ia tidak percaya kalau wanita yang berdiri di hadapannya adalah Aya.
“Apa kabar Reza? Akhirnya kita ketemu lagi.” Kata Aya
“Aya, kamu ke mana aja? Udah lama aku tunggu kamu. Kenapa kamu lama banget? Kamu ngapain aja di sana?” Reza mulai mengomel
“Tapi sekarang kan aku udah pulang, jadi gak masalah kan..”
“Iya, tapi aku udah lama nungguin kamu. Cape tau.” Reza terus mengomel seperti anak kecil
“Sorry deh…… Jangan ngambek dong. Eh, ngomong-ngomong sekarang tanggal 13 Februari. Hari ini hari apa ya…?”
“Besok Hari Valentine.” Semprot Reza
“Aku tanya hari ini hari apa?” Aya memperjelas pertanyaannya.
“Hari ini hari jadian kita. 13 Februari. Aku gak mungkin lupa.” Jawab Reza
“Kamu senang gak hari ini?” Tanya Aya
“Aku gak senang. Tapi aku bahagia.” Reza tersenyum
“Kita pulang sekarang yuk.”
“Oke… Ayo..”
Sejak saat itu kehidupan Reza kembali seperti dulu lagi. Seperti saat SMA dulu, saat Aya masih bersamanya.
“Eh, kamu itu dengar gak sih penjelasan Bu Rya?” Aya menegur Reza.
“Dengar kok. Tapi dikit”
“Ih, gak boleh gitu dong. Bagaimanapun kalau guru menerangkan, kita harus memperhatikan” Aya memulai ceramahnya.
“Iya, iya. Aku tau. Tapi, Aku ngantuk banget nih, tadi malam aku lembur.” Reza menjawab sambil menguap.
“Kamu kalau dinasehati selalu aja gitu”.
“Udahlah. Nanti pinjam catatannya yah… Aku mau bobo” Kata Reza
“Terserah kamu aja deh.”
Saat semua pelajaran usai, Reza mengajak Aya pulang.
“Aya, kamu gak dijemput kan?”
“Gak kok. Aku gak dijemput”.
“Pulang bareng yuk.”
“Bentar, aku beresin barang-barangku dulu”.
“Oh ya. Nanti kamu mau ikut aku jalan-jalan gak?” Reza mengajak
“Jalan-jalan ke mana?”
“Ya… Ke mana aja. Mau ikut gak?”
“Aku bilang mama dulu yah.”
“Okelah, gak masalah. Kalau udah minta izin, hubungi aku yah. Nanti aku jemput”
“Kamu jemput jam berapa?”
“Jam 4.”
“Ya udah. Yuk, pulang”.
Sampai di rumah Aya mencari mamanya.
“Ma… Mama…”
“Iya… Mama di dapur. Kenapa sayang? Baru pulang kok udah teriak-teriak?”
Aya menuju ke dapur untuk menemui mamanya.
“Ma, nanti sore aku mau keluar sama Reza. Boleh ya ma? Boleh ya..?” Aya mencoba membujuk mamanya.
“Boleh aja. Tapi setelah tugas-tugas kamu selesai.”
“Iya Ma. Makasih ya Ma…”
“Nah, sekarang ganti baju dulu. Terus makan siang. Dan jangan lupa minum obat kamu”
“Iya Ma. Aya ke atas dulu.”
Sore harinya…….
“Ma, Aya berangkat yah.” Kata Aya sambil mencium tangan Mamanya.
“Jangan lama-lama ya. Jangan sampai malam pulangnya.”
“Kami pergi dulu Tante.” Reza pamitan
“Hati-hati di jalan Nak. Jangan ngebut.”
“Iya Tante. Saya permisi.”
“Daaahh Ma…….. Aya pergi dulu”.
“Ayo naik.” Reza menyuruh Aya segera naik ke atas motor.
“Eh, emangnya kita mau ke mana?”
“Ada deeehhh…. Cepat naik. Nanti kamu juga tau.”
“Kamu selalu aja main rahasia-rahasiaan”
Setelah tiba di tempat tujuan Aya sangat terkejut sekaligus kagum.
“Waaahh……. Keren banget tempatnya. Danaunya cantik banget.”
“Cantik kan? Gak nyesal kan ikut ma aku?”
“Kamu tau dari mana tempat kayak gini?”
“Aku nemu sendiri waktu lagi liburan sama Mama Papaku. Waktu itu aku masih SD. Di sini tempat aku tenangin pikiran kalau lagi stres. Cocok kan untuk tempat refreshing?”
“Cocok banget. Tapi, ngomong-ngomong kita mau ngapain di sini?” Aya bertanya.
“Sekedar jalan-jalan aja. Kita ke rumah pohonku yuk.”
“Oh, ada rumah pohon juga ya. Aku mau lihat.”
“Rumah pohonnya ada di sana.” Kata Reza menunjuk arah selatan.
Kemudian mereka berjalan menuju rumah pohon.
“Nah, ini dia rumah pohonnya. Ayo masuk.”
“Kamu sering ke sini?” tanya Aya sambil melihat-lihat isi rumah pohon itu.
“Kalau ada waktu aku ke sini. Tapi, aku belum pernah ngajak siapapun ke sini selain kamu. Aku selalu datang sendiri.” Reza menjelaskan.
“Kenapa cuma aku?” Aya heran.
“Aku pernah berjanji aku akan ajak seseorang yang special ke tempat ini. Dan orang itu adalah kamu.” Kata Reza sambil tersenyum manis ke Aya.
“Kenapa kamu gak ajak orang tua kamu?”
“Orang yang aku maksud itu selain orang tua dan kakak aku.”
“Kok gitu?.”
“Kamu itu dari tadi nanya mulu. Gini ya… Aku jelasin. Kamu itu orang yang sangat aku sayangi dan kamu juga orang yang sangat berarti dalam hidup aku. Kamu orang yang special buat aku. Aku gak akan lepasin kamu sampai kapanpun. Gimana? Jelas?”
“Makasih yah, udah anggap aku orang yang berarti. Baru kali ini ada yang anggap aku kayak gitu.” Aya terharu.
“Eh, jangan nangis. Gak boleh cengeng. Kamu gak cantik kalau nangis.”
“Aku gak nangis kok. Aku cuma terharu aja.”
“Ngomong-ngomong, aku mau tanya sesuatu sama kamu Aya.”
“Mau nanya apa?”
“Selama ini kamu senang gak sama aku? Kamu punya keluhan tentang aku gak?”
“Aku senang dong. Aku gak punya keluhan apa-apa kok. Selama ini kamu baik.”
“Aku mau minta beberapa hal sama kamu.”
“Apa aja tuh?”
“Aku minta kamu jangan ninggalin aku. Dan yang paling penting, kamu harus setia, jangan khianati aku.” Raut wajah Reza terlihat sangat serius.
“Tentu aja. Aku akan selalu setia sama kamu.” Jawab Aya.
“Janji ya…..” Reza mengulurkan jari kelingkingnya.
“Iya, aku janji…” Aya juga melakukan hal yang sama. Sehinggga jari mereka saling bertautan.
“Aku sayang kamu.” Kata Reza sambil mengelus kepala Aya.
“Aku juga sayang kamu.” Kata Aya.
“Ngomong-ngomong sekarang 13 Februari. Sekarang hari apa?” Reza pura-pura bertanya kepada Aya
“Besok Valentine kan?” Aya kelihatan ceria
“Aku tanya hari ini Sayang…..” kata Reza
“Gak tau deh. Aku nyerah.”
“Sekarang hari jadian kita. Udah 2 tahun loh….. kok lupa sih? Kamu udah pikun ya?” Reza mengingatkan
“Oh iya yah… Kok aku bisa lupa. Sorry…….”
“Iya, gak apa-apa. Kamu senang gak hari ini?”
“Iya. Aku senaaaaang banget. Makasih yah udah ajak aku ke sini. Ini tempat yang bagus banget.”
“Sama-sama. Eh, udah sore nih. Kita pulang yuk.” kata Reza kemudian
“Ayo…”
Sampai di rumah Aya segera menuju ke kamarnya. Tapi, tiba-tiba Mamanya memanggil.
“Aya, kamu udah pulang? Ke sini sebentar sayang.”
“Ada apa Ma?”
“Mama punya berita gembira.”
“Apa tuh Ma?” Aya penasaran.
“Malam ini Papa kamu pulang, besok pasti udah sampai.”
“Yang bener Ma?”
“Iya sayang. Papa bawa oleh-oleh buat kamu.”
“Aku udah gak sabar mau lihat.”
“Nah, sekarang kamu mandi dulu. Terus makan malam.”
“Iya Ma. Aya ke kamar dulu.”
Sampai di kamar, Aya langsung mengambil handuk untuk mandi. Setelah mandi, tiba-tiba…
“Uhuk…Uhuk…” Aya terbatuk-batuk. Kemudian ia melihat tangannya berlumuran darah. Ia muntah darah dan mimisan. Aya panik. Kemudian ia segera membersihkan darah tersebut.
Beberapa hari kemudian Aya sakit dan harus diopname di rumah sakit. Setelah dokter memeriksa keadaan Aya, dokter itu berkata
“Pak, bisa ikut ke ruangan saya sebentar?” dokter mengajak Pak Fahri, Papa Aya.
“Iya dokter, tentu saja”
Setelah keluar dari ruangan dokter, Pak Fahri terlihat sangat lesu, tidak bersemangat.
“Ada apa Pa?” Bu Lhya bertanya.
“Kita keluar sebentar Ma.” Pak Fahri mengajak Bu Lhya bicara di luar. Setelah penjelasan dari Pak Fahri berakhir, Bu Lhya menangis.
“Gak mungkin. Itu gak mungkin. Papa jangan bohong.” Bu Lhya tidak percaya atas apa yang di dengarnya.
“Papa gak bohong Ma. Itu yang dikatakan dokter.”
“Dokter pasti salah. Lakukan pemeriksaan ulang Pa. Mama gak bisa percaya”.
“Sabar Ma. Dokter sudah melakukan tes beberapa kali. Hasilnya tetap sama.”
Bu Lhya sangat terpukul.
Seminggu kemudian, Wali kelas X.I yaitu Bu Dhyla mengumumkan kepada anak-anak walinya kalau Aya pindah sekolah. Mendengar hal itu, Reza sangat kaget dan tidak percaya. Sudah seminggu Aya tidak hadir di sekolah dan Aya tidak pernah menghubunginya. Reza penasaran, ia berencana akan ke rumah Aya sore harinya.
Saat tiba di rumah Aya, rumah itu terlihat sepi. Untunglah ada Mbok Nah, pembantu di rumah itu. Reza kemudian bertanya
“Mbok, Aya ada di rumah?”
“Wah, Den Reza telat. Ibu, Bapak, sama Neng Aya baru aja pergi.” Kata Mbok Nah
“Pergi ke mana Mbok?” Reza penasaran
“Ke bandara Den”.
“Bandara? Mau ngapain Mbok?” Reza kaget setengah mati
“Katanya Ibu sama Bapak mau ke luar negeri Den. Terus, Neng Aya juga ikut. Neng Aya akan lanjutin sekolahnya di sana”. Terang Mbok Nah
“Apa? Kok Aya gak bilang Mbok?” Reza sangat tidak percaya.
“Saya juga gak tau Den. Oh ya, ada pesan dari Neng Aya buat Aden, katanya ada sesuatu di rumah pohon untuk Aden.” Mbok Nah menyampaikan pesan Aya kepada Reza.
“Ya udah Mboh, makasih. Saya ke bandara dulu.” Kemudian Reza melarikan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia harus cepat sampai di bandara untuk menyusul Aya.
Sesampainya di bandara Reza langsung berlari ke dalam dan mencari-cari Aya. Tapi, ia tidak melihat Aya di manapun. Reza terus mencari. Beberapa saat kemudian, Reza melihat Aya di pintu masuk menuju tempat pesawat Take off. Reza berteriak memanggil Aya
“Aya……. Tunggu….. Aya……..”
Tapi Aya tidak mendengar teriakan Reza. Reza melihat Aya berada di atas kursi roda. Reza mencoba memanggil lagi. Tapi sia-sia. Aya sudah masuk ke tempat Take off. Reza hanya bisa melihat pesawat lepas landas dan mulai mengudara. Seketika kaki Reza tak bisa berdiri lagi. Ia merasa tidak berdaya dan kehilangan kekuatannya.
“Kenapa Aya, kenapa? Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ninggalin aku? Kamu udah janji sama aku gak akan pergi. Kamu akan selalu ada di dekat aku. Tapi kenapa sekarang kamu pergi tanpa pamit sama aku? Aku salah apa? Kenapa kamu tega? Kamu bohong Aya, kamu bohong.” Reza bergumam sendiri. Ia sangat kecewa. Tiba-tiba ia teringat pesan Aya yang disampaikan Mbok Nah untuknya. Reza segera pergi ke rumah pohon.
Sampai di sana Reza segera mencari sesuatu yang dimaksud. Dan Reza menemukan sebuah bungkusan kecil di atas meja. Ia segera membukanya. Di dalamnya ada kalung dan sepucuk surat. Reza membuka surat tersebut dan membacanya.
“Dear Reza….
Reza, apa kabar? Aku pengen banget ketemu kamu. Tapi aku tau, saat kamu baca surat ini, aku udah pergi.
Reza, maafin aku karena aku gak pamit dulu sama kamu. Aku tau kamu pasti marah sama aku. Aku gak bermaksud untuk ingkari janji aku sama kamu. Aku tau aku salah. Tapi aku harus pergi dari kamu Za. Aku pergi bukan karena aku benci sama kamu. Aku punya alasan.
Reza, sebenarnya aku pergi karena aku harus berobat Za. Aku kanker otak. Penyakitku udah parah, udah mendekati stadium 3. aku harus pergi untuk berobat. Maaf karena aku gak pernah bilang sama kamu. Aku takut kalau kamu tau kamu akan benci sama aku. Aku akan pulang kalau aku udah sembuh.
Reza, kalung itu buat kamu sebagai kenang-kenangan dari aku. Tolong disimpan yah. Yang satunya ada sama aku. Jangan lupain aku Reza. Aku sayang kamu.”
AYA
“Kenapa kamu harus pergi Aya? Kenapa kamu gak bilang? Aku suka sama kamu apa adanya. Aku akan tunggu kamu Aya. sampai kapanpun. Aku akan selalu menunggu kamu. Aku janji”.
5 tahun kemudian…
Sore itu, 13 Februari, Reza datang ke danau dekat rumah pohonnya. Tempat kenangan dia dan Aya Tiba-tiba dari kejauhan ada seseorang yang sedang berdiri di depan rumah pohon. Reza sangat heran karena setahunya hanya dia dan Aya yang tau tentang tempat itu. Reza mendekati orang itu dan menyapanya
“Mmmm…… Permisi. Anda siapa ya?” Reza bertanya
Kemudian orang tersebut menoleh kearah Reza. Saat Reza melihat wajah orang tersebut, Reza terdiam. Bibirnya terkunci rapat. Ia tak bisa berkata apa-apa. Hanya diam seribu bahasa dan berdiri mematung.
“Hai…. Apa kabar? Lama gak ketemu.” Orang tersebut tersenyum
“A..A.. Aya… Kamu Aya kan?” Reza tergagap-gagap. Ia tidak percaya kalau wanita yang berdiri di hadapannya adalah Aya.
“Apa kabar Reza? Akhirnya kita ketemu lagi.” Kata Aya
“Aya, kamu ke mana aja? Udah lama aku tunggu kamu. Kenapa kamu lama banget? Kamu ngapain aja di sana?” Reza mulai mengomel
“Tapi sekarang kan aku udah pulang, jadi gak masalah kan..”
“Iya, tapi aku udah lama nungguin kamu. Cape tau.” Reza terus mengomel seperti anak kecil
“Sorry deh…… Jangan ngambek dong. Eh, ngomong-ngomong sekarang tanggal 13 Februari. Hari ini hari apa ya…?”
“Besok Hari Valentine.” Semprot Reza
“Aku tanya hari ini hari apa?” Aya memperjelas pertanyaannya.
“Hari ini hari jadian kita. 13 Februari. Aku gak mungkin lupa.” Jawab Reza
“Kamu senang gak hari ini?” Tanya Aya
“Aku gak senang. Tapi aku bahagia.” Reza tersenyum
“Kita pulang sekarang yuk.”
“Oke… Ayo..”
Sejak saat itu kehidupan Reza kembali seperti dulu lagi. Seperti saat SMA dulu, saat Aya masih bersamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar