Rabu, 06 April 2011

HADIRMU BAGAI PELANGI
Kriiiiinnggg…..kriiiinngg….. Jam beker di kamar Nicky berbunyi.
“Aduh, gawat. Aku telat nih.”
Dengan tergesa-gesa Nicky bangun dari tempat tidurnya, ia langsung menuju ke kamar mandi. Ia tidak menyangka akan bangun kesiangan. Setelah mandi, dia segera bersiap-siap.

“Nicky berangkat ya Bu…”
“Eh, sarapan dulu Nak.”
“Nanti aja di sekolah Bu. Nicky udah telat”. Setelah pamit dan mencium tangan kedua orang tuanya, Nicky langsung berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda bututnya.
Saat Nicky tiba di sekolah, pintu gerbang telah tertutup.
“Nah, tuh kan.. Apa aku bilang, telat lagi kan. Terpaksa deh…”
Kemudian Nicky mengawasi keadaan sekitarnya.
“Hehe, aman… Panjat aja deh.”
Tak lama kemudian…….
“Hufff… Selamat, selamat. Kalo sampai ketahuan Pak Satpam, bisa tambah gawat nih.” Nicky segera menuju ke kelasnya.
Sampai di kelas, di dalam sudah ada Pak Surya, guru Matematika yang terkenal galak.
“Mampus deh. Pak Surya udah masuk. Gimana caranya biar selamat yah?” Gumam Nicky.
“Baiklah anak-anak, sekarang kerjakan soal latihan yang ada di halaman 58. bapak ke toilet dulu”. Terdengar suara Pak Surya.
“Baik Pak…” Seru anak-anak.
Mendengar suara Pak Surya, Nicky segera besembunyi di balik pot bunga yang ada di depan kelasnya. Setelah Pak Surya tidak nampak batang hidungnya, Nicky keluar dari persembunyiannya dan masuk ke kelas. Semua kaget dengan kedatangan Nicky. Ia pun segera duduk di samping Ditha, sahabatnya.
“Heh, dari mana aja kamu?” Tanya Ditha.
“Sorry, aku bangun kesiangan. kita disuruh kerjain soal yang mana?”
“Soal latihan halaman 58. Makanya, jangan tidur larut malam dong. Selain bisa bangun kesiangan, juga gak baik untuk kesehatan.” Ceramah Ditha.
“Iya, iya Bu Ditha.….. Saya terima nasehat anda”
“Iiihhh…. Nih anak, dikasih tau malah ngeyel. Udah, udah kerjain tuh.”

Nicky adalah siswi kelas 1 SMA yang tomboy dan super galak. Wajah macho mirip cowok dan potongan rambut pendek, membuat dia sering dianggap sebagai laki-laki. Nicky terkenal di kalangan teman-teman dan kakak kelasnya karena dia terkenal jago dalam bermain basket. Namun, ia juga tergolong siswa yang pandai di sekolahnya.
Lain halnya dengan sahabatnya, Ditha. Ditha adalah cewek feminim dan sabar. Ditha anak bungsu dari 3 bersaudara dan satu-satunya anak perempuan. Wajar jika ia sangat dimanja. Jika Ditha diganggu oleh anak lelaki, maka Nicky akan melindungi Ditha. Mereka berdua sudah berteman sejak TK.

Saat waktu istirahat tiba, mereka menuju ke kantin.
“Aku lapar banget nih… tadi pagi aku gak sempat sarapan”. Nicky mengeluh.
“Ya udah. Hari ini aku traktir deh.” Kata Ditha.
“Wah, yang bener nih? Hari ini aku makan gratis dong. Hehehe…”
“Udah, gak usah banyak tanya. Aku juga udah lapar.”

Tiba di kantin, mereka memilih meja yang sesuai dan segera memesan makanan.
“Eh, tau gak. Ada berita yang oke loh….” Ditha membuka pembicaraan.
“Apaan tuh?” Nicky penasaran.
“Gini, katanya hari Selasa depan sekolah akan ngadain hiking lho… T’rus acaranya dilanjutin dengan berkemah. Gimana, oke kan?”
“Wiiihhh….. Keren tuh, keren…. Berarti 4 hari lagi dong. By the way apa aja persyaratannya?”
“Gak ada persyaratan khusus kok. Siapa aja yang mau ikut dibolehin, asal ada izin dulu dari orang tua. T’rus jangan lupa bawa perlengkapan dan makanan. Kita tinggal di lokasi perkemahan selama 2 hari”. Ujar Ditha panjang lebar.
“Emang gak dipungut biaya tuh?”
“Tenang aja. Semua ditanggung sama sekolah dan pihak sponsor. Kamu mau ikut kan?”
“Kalo aku sih, fine-fine aja. Tapi, aku minta izin dulu sama Ibu Bapakku”.
“Okelah. Berangkatnya pagi loh, jam 07.30. Tempat berkumpulnya di sini. Jangan telat lagi kayak tadi. Nah, sekarang makan yuk.”
Saking asyiknya ngobrol, Nicky tidak sadar kalau dari tadi pesanannya sudah ada di depannya.
“Oh, udah ada yah. He he he, gak nyadar.”
“Makanya, jangan ngelamun aja Neng…. Cepetan makan, nanti keburu dingin.”
“Iya, iya Buuuu……. Tiap hari ngomel aja kerjanya”
“Yeee……. Situ sendiri, tiap hari berantem mulu. Gak capek tuh cari musuh..”
“Gini-gini banyak cewek yang nge-fans loh sama aku…”
“Makan tuh cewek-cewek…”
“He he he….”

Akhirnya, tiba juga hari yang ditunggu-tunggu. Hari Selasa pagi cuacanya cerah. Di sekolah pagi-pagi sekali anak-anak sudah berkumpul. Mereka sudah siap untuk pergi hiking, begitu pula dengan Nicky dan Ditha.
“Tumben Neng gak telat.” Ledek Ditha.
“Aku bela-belain bangun pagi-pagi biar gak telat. Soalnya males dengerin kamu ngomel”
“Eh, biarin. Itu kan demi kebaikan kamu juga”
“Iya, iya Bu……..”
“Anak-anak, ayo segera berbaris. Kita akan segera berangkat. Tapi sebelum itu kita dengar dulu penjelasan dari Bapak Kepala Sekolah.” kata Ibu Dian mengarahkan.
Setelah penjelasan yang panjang lebar dari Kepala Sekolah yaitu Pak Rahmat berakhir dan seusai berdoa, anak-anak segera berangkat . mereka pergi dengan menggunakan mobil bus.
Mereka menempuh perjalanan selama 1 setengah jam. Sampai di tempat tujuan, mereka disuruh berbaris, kemudian setelah ada aba-aba dari pemandu mereka mulai mendaki. Dalam perjalanan mendaki, Ditha mengeluh.
“Eh, aku udah capek nih. Istirahat dulu dong”.
“Kamu gimana sih, ini belum setengah perjalanan. Kok kamu udah capek?” omel Nicky
“Biarin. Maklum, kamu kan cowok. Istirahat dulu dong, aku haus nih.”
“Iya deh………”
Dari kejauhan, ada yang melihat sinis kepada Nicky dan Ditha.
“Lihat tuh, 2 cewek nyebelin yang sok cari perhatian. Gue jadi kesal banget lihat mereka berdua”. Kata Laura salah seorang kakak kelas Nicky dan Ditha.
“Sama dong. Gue juga kesal sama mereka. Gara-gara si Ditha itu Ferdy mutusin gue. Cuma karena cewek kayak gitu Ferdy berani ninggalin aku. Apa sih hebatnya dia? Kurang ajar tuh cewek. Nanti gue kasih pelajaran.” Sambung Aurel kesal.
“Wah, ide bagus tuh. Gimana kalo nanti kita beresin tuh cewek? Biar tau rasa.” Saran Keysha.
“Gue setuju. Gue akan lakuin apapun untuk merebut kembali Ferdy”. Dukung Aurel
“Terus, kita kerjain dia di mana?”
“Tenang aja. Itu bisa diatur. Kita kerjain kalo kita udah sampai di puncak gunung.” Aurel mengusulkan.
“Oke deh…” Laura dan Keysha menjawab bersamaan.

Saat tiba di puncak gunung, Ditha merasa lega.
“Huuffff….. Akhirnya sampai juga. Aku capek banget nih. Ternyata jauh juga”.
“Kamu tuh, baru segini udah capek. Ini sih gak seberapa”. Komentar Nicky.
“Jangan samain aku dengan kamu dong. Kamu itu kan setengah laki-laki, jadi wajar aja.”
Saat sedang asyik-asyiknya ngobrol, datanglah Kak Ferdy mendekati mereka.
“Hai Ditha, Nicky.. lagi ngapain nih?”
“Eh, hai juga kak. Ini nih, lagi pijitin si Ditha. Katanya dia capek.”
“Kamu gak apa-apa kan Tha? Gimana keadaan kamu?” tanya Kak Ferdy cemas.
“Oh, gak apa-apa kok kak. Saya baik-baik aja.”
“Kalau kamu ngerasa kecapean, jangan dipaksain yah. nanti kamu sakit.”
“Saya gak apa-apa kok kak. Beneran.”
“Kalau kamu butuh bantuan, bilang sama aku aja yah. Aku pasti bantuin kok.”
“Eh, iya makasih kak karena udah perhatian sama saya. Tapi saya benar-benar gak apa-apa kok.”
“Iya, sama-sama. Gak usah sungkan-sungkan. Kalau butuh sesuatu, hubungi aku aja. Aku akan selalu ada buat kamu”.
“Makasih ya kak, udah baik sama saya”.
“Gak apa-apa. Udah yah, aku pergi dulu. Daaahh……”
Setelah Kak Ferdy menjauh, Nicky membuka suara,
“Ehem, ehem… Cieee, cieeee…….. Ada yang lagi bahagia nih. Sampe-sampe aku gak digubris sama sekali.”
“Ih, apaan sih. Biasa aja kali. Orang gak ada apa-apa kok.”
“Yang bener…??? Sulit dipercaya yah”.
“Udah ah.. Pijitin lagi dong. Pegel nih.”
“Huuuu………. Kamu tuh mau enak sendiri. Ujung-ujungnya, pasti aku yang kena”.
“Iya dong, siapa lagi. Kamu kan sahabat aku”
“He he he… Iya juga sih”

“Lihat tuh si cewek nyebelin. Udah berani dia deketin Ferdy. Lihat aja, kalo udah dikasih pelajaran.” Aurel sewot
“Terus, gimana dengan rencana kita? Jadi gak?”
“Jadi dong. Kita kerjain tuh anak n’tar malem”

Saat malam tiba, Nicky dan Ditha duduk berdua di dekat tenda. Mereka sedang melihat-lihat bintang. Ketika lagi asyik-asyiknya, tiba-tiba datang 3 kakak kelas mereka, yaitu Aurel, Laura, dan Keysha.
“Hai Ditha… Bisa ikut Kakak bentar gak? Tadi kamu dipanggil sama Bu Dian.” Aurel menyapa duluan.
“Ya udah. Bentar yah Nick.”
“Okelah. Tapi cepetan yah.”
“Iya.”
“Udah, gak usah basa-basi. Cepetan ikut, nanti Bu Dian marah.” Keysha mulai kesal
Setelah Ditha dan ketiga kakak kelasnya pergi, Nicky termenung sendiri. Tidak lama kemudian, Ibu Dian lewat di dekat Nicky.
“Eh, Bu. Kok Ibu di sini? Bukannya tadi Ibu manggil Ditha?” tanya Nicky heran
“Ditha? Ibu gak pernah manggil Ditha.” Ibu Dian bingung
“Tapi tadi kata Kak Aurel, Ibu manggil Ditha.”
“Gak tuh. Mungkin kamu salah dengar kali.”
“Ya udah, makasih yah Bu..”
“Sama-sama Nick.”
Kemudian Nicky pergi mencari Ditha. Ia mulai curiga kalau ada sesuatu yang tidak beres. Nicky berkeliling di sekitar tempat berkemah. Tapi dia belum bisa menemukan Ditha.
Sementara itu di tempat lain
“Eh, Kak. Kok kita ke sini? Bukannya tadi kakak bilang saya dipanggil sama Bu Dian?” Ditha heran.dan mulai sedikit curiga.
“Siapa yang dipanggil Bu Dian. Gue ada urusan sama lo. Dasar kurang ajar. Lo pikir lo siapa hah? Nyadar dong. Lo tuh masih junior, jangan belagu deh”. Kata Aurel sambil mendorong tubuh Ditha.
“Emangnya saya salah apa Kak?”
“Gak usah pura-pura bego deh. Lo tuh sengaja cari-cari perhatiannya Ferdy kan? Asal lo tau yah, Ferdy itu milik gue. Lo gak berhak deketin dia.” Aurel tambah panas
“Iya nih. Dasar cewek gak tau diri. Bisanya cuma ngerebut cowok orang. Nyadar dong” Laura ikut membela Aurel.
“Maaf Kak. Tapi saya gak ada hubungan apa-apa kok sama Kak Ferdy.”
“Gak usah munafik deh jadi cewek. Hajar aja Rel” Keysha juga ikut-ikutan emosi.
“Sini lo!” Kata Aurel sambil menarik tangan Ditha.
Kemudian, Aurel mendorong tubuh Ditha kuat-kuat ke belakang. Mereka tidak sadar kalau di bawah terdapat jurang yang dalam. Ditha berteriak
“Aaaaaaa…….”
Tiba-tiba
“Dithaaaaa…………” Terdengar suara Nicky memanggil Ditha
Kemudian Ditha merasakan tubuhnya didorong seseorang. Tak lama kemudian Ditha sadar kalau orang yang mendorongnya adalah Nicky. Ditha segera bangkit. Ia melihat ke bawah jurang.
“Nickkk…. Niickyyy……” Ditha histeris. Air mata mengalir di pipinya.
Ketiga kakak kelasnya sangat panik dan mencegah Ditha mendekati jurang.
“Jangan Tha, berbahaya! Jangan!” Laura mencoba mencegah.
“Nggak! Aku gak mau! Nicky jatuh ke bawah sana. Aku akan nolongin dia.” Ditha memberontak mencoba melepaskan diri.
“Jangan nekat Tha! Kamu mau mati ya? Itu jurang yang dalam!” Ujar Aurel dengan sekuat tenaga mencegah Ditha untuk terjun.
“Biarin! Aku mau selamatin Nicky. Aku gak mau pulang” Air mata membanjiri mata Ditha.
Kemudian terdengar suara orang berlari dari balik pepohonan.
“Ada ribut-ribut apa ini?” Tanya Pak Rahmat, diikuti oleh Pak Surya, Bu Dian, Ferdy, dan beberapa anak yang lain.
“A..a..anu Pak” Keysha tidak sanggup menjelaskan
“Nicky, Nicky Pak. Nicky” Laura mencoba menjelaskan
“Kenapa dengan Nicky?” Pak Rahmat semakin bingung.
“Nicky jatuh ke jurang Pak.” Sambung Aurel
“Apa???” Semua orang kaget karena berita itu.
“Kok bisa?” Ibu Dian tidak percaya.
“Bu, Nicky Bu. Tolongin Nicky Bu.” Tangis Ditha semakin keras. Ia memeluk Bu Dian.
“Sabar yah. Nanti kita hubungi Tim SAR.” Kata Bu Dian mencoba menenangkan Ditha.
“Gak Bu, tolong cari Nicky sekarang. Sekarang Bu.”
“Iya, iya. Nicky pasti ketemu, sekarang tenang dulu yah.”
“Gak Bu. Aku mau lihat Nicky sekarang. Aku mau tau keadaan Nicky Bu. Dia jatuh karena nyelamatin aku.” Ditha mulai memberontak lagi. Tapi, tiba-tiba Ditha merasa kepalanya seperti mau pecah. Kemudian Ditha jatuh dan tidak sadarkan diri.

Ketika Ditha membuka mata di dekatnya telah ada Kak Ferdy dan Bu Dian.
“Aku di mana?” Ditha bertanya.
“Eh, kamu sudah sadar Tha.” Terdengar suara Kak Ferdy
“Nicky, Nicky. Nicky di mana? Dia udah ketemu?”
“Kamu istirahat dulu. Kamu belum sehat betul” Bu Dian menasehati.
“Aku mau cari Nicky. Aku gak mau hanya diam di sini”. Ditha berusaha untuk bangun. Namun, kepalanya sangat pusing dan pandangannya berkunang-kunang.
“Gak boleh Tha. Kamu belum sembuh. Sudah ada Tim SAR yang mencari Nicky. Kamu istirahat dulu yah”. Ferdy berusaha mencegah
“Tapi…” Ditha mencoba protes.
“Sudah. Gak ada tapi-tapian. Sekarang kamu istirahat. Kalau terjadi apa-apa sama kamu kan gak baik juga”. Ferdy menambahkan.
“Baik Kak”. Kemudian Ditha memejamkan matanya lagi.

Sekitar 2 jam Ditha tertidur. Saat bangun, ia telah merasa baikan.
“Gimana perasaan kamu Tha?” Tanya Bu Dian.
“Udah baikan Bu.”
“Kalau gitu kamu sarapan dulu. Nanti kita ikut rombongan untuk mencari Nicky”.
“Baik Bu.”
Setelah selesai sarapan, Ditha berganti pakaian dan ikut mencari Nicky. ia ikut bersama rombongan Pak Rahmat.
Namun, setelah 3 jam mencari, Nicky belum juga ditemukan.
“Kita istirahat dulu. Kebetulan di situ ada tempat yang teduh.” Pak Rahmat mengusulkan.
“Saya cuci muka dulu di sungai itu Pak.” Kata Mya, salah satu teman sekelas Nicky dan Ditha.
“Hati-hati Nak.”
Saat sedang mencuci muka, Mya melihat seseorang tergeletak di dekat sungai.
“Pak, di sana ada orang”. Mya menunjuk ke arah orang itu.
Kemudian Pak Rahmat mendekati orang yang di maksud Mya. Ditha ikut di belakangnya.
“Pak, itu mirip dengan baju yang dipakai Nicky semalam”. Ditha mulai cemas. Kemudian ia berlari mendekati orang tersebut mendahului Pak Rahmat. Saat tiba di dekatnya, Ditha gemetar dan membalikkan badan orang tersebut. Alangkah kagetnya Ditha ternyata dia benar-benar Nicky. Kepalanya dan wajahnya berlumuran darah.
“Nickyyyy…….. Nicky bangun. Bangun Nick.” Ditha histeris.
“Cepat angkat!” Pak Rahmat memberi perintah.
Kemudian anggota rombongan membantu membawa Nicky.
“Nickyyyy… Nickyyyy…” Ditha tak kuasa menahan air mata.
“Sudah Tha, jangan panik. Nicky akan dibawa ke rumah sakit”. Bu Dian mencoba menenangkan Ditha.

Sudah seminggu lamanya Nicky dirawat di rumah sakit. Namun, ia belum juga sadarkan diri. Kata dokter, Nicky mengalami benturan cukup keras di kepalanya, sehingga terjadi pendarahan. Karena itu dia harus dioperasi dan di rawat di ruang ICU.
Suatu hari Ditha datang menjenguk Nicky bersama teman sekelasnya dan Kak Ferdy.
“Assalamu Alaikum. Tante, bagaimana keadaan Nicky?”
“Oh, Ditha. Nicky belum sadar Nak. Ayo duduk dulu.”
“Nick, aku datang lagi nih. Gimana keadaan kamu?” Ditha bertanya. Walaupun ia tau kalau ia tidak mungkin mendapat jawaban, karena Nicky masih koma. Kemudian Ditha memegang tangan Nicky dan membisikkan kata-kata di telinganya.
“Nick, aku datang dengan teman-teman yang lain. Kamu bangun dong.” Ditha mulai menitikkan air mata.
“Nick, kamu dengar aku kan. Ini aku Ditha. Ayo buka mata kamu.”
Kemudian Ditha merasakan tangan Nicky bergerak dan kedua pelupuk matanya mulai terbuka.
“Ditha…” suara Nicky terdengar sangat lemah.
“Nick, kamu udah sadar. Ini aku Ditha.”
“Aku di mana?”
“Ini di rumah sakit. Gimana perasaan kamu?”
“Kepalaku sakit banget. Apa yang udah terjadi sama aku?”
“Kamu jatuh di jurang waktu berusaha nyelamatin aku. Makasih ya Nick. Karena aku kamu jadi begini.”
“Udah, gak usah gitu. Wajar aja. Aku kan sahabat kamu.” Kata Nicky mencoba tersenyum
“Makasih Nick. Kamu udah banyak bantuin aku. Kamu emang sahabat terbaikku.” Kata Ditha sambil memeluk Nicky.
Nicky melihat ke arah orang tuanya.
“Bu, Pak, maafin Nicky yah. Selama ini Nicky banyak berbuat salah. Nicky sayang sama Bapak dan Ibu.” Nicky meminta maaf kepada orang tuanya sambil menitikkan air mata.
“Sudah Nak. Bapak dan Ibu sudah memaafkan kesalahan kamu. Bapak dan Ibu juga sayang sama kamu.” Mendengar kata-kata Nicky orang tuanya turut menangis.
“Tha, aku minta maaf. Aku banyak salah sama kamu.”
“Aku juga Nick, aku selalu ngerepotin kamu.” Ditha tak kuasa menahan air matanya.
“Ibu, Bapak, terima kasih. Selama ini udah sabar mendidik Nicky. Maafin Nicky karena belum bisa membalas pengorbanan Bapak dan Ibu. Dan kamu Tha, makasih ya udah mau jadi sahabat terbaik aku dan selalu peduli sama aku. Aku gak akan lupain kamu. Aku udah gak sanggup lagi. Mungkin sekarang aku akan pergi.” Kata Nicky
“Jangan bilang gitu Nick. Kamu akan sembuh. Percaya sama aku.”
“Kalian semua adalah orang yang sangat berarti dalam hidup aku. Ditha, Jangan lupain aku ya. Jangan cengeng. Kamu gak cantik kalau menangis. Kamu harus selalu tersenyum. Kamu harus janji.” Kemudian Nicky mengambil nafas dalam-dalam.
“Bu, Pak, Nicky benar-benar udah gak sanggup lagi. Selamat tinggal Ibu, Bapak, dan kamu Ditha. Aku sayang kalian semua.”
Kemudian mata Nicky tertutup kembali dan detak jantungnya berhenti.
“Nick, Nicky. Bangun Nick. Buka mata kamu.”
“Nak, bangun Nak. Nicky, Nicky, kamu dengar Ibu kan? Bangun Nak.”
“Nicky, jangan tinggalin aku. Cuma kamu sahabat terbaikku. Jangan tinggalin aku Nick.” Ditha sangat terpukul. Begitu pula kedua orang tua Nicky. Mereka tidak menyangka Nicky pergi begitu cepat.

Suatu malam sebulan setelah kepergian Nicky, Ditha melihat-lihat bintang di teras rumahnya.
“Cantik banget.” Gumam Ditha.
Dalam hati Ditha berkata
“Nick, aku akan selalu ingat sama kamu. Kamu udah ajari aku banyak hal. Kehadiranmu membuat hidup aku lebih berwarna seperti pelangi. Aku janji gak akan cengeng, aku akan selalu tersenyum. Selamat jalan sahabatku. Kamu akan selalu ada dalam kenangan dan hati aku. Tunggu aku Nick. Suatu saat, kita akan bertemu lagi di atas sana.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar